10 September, 2008

Cara Penentuan Bulan Ramadlan

Cara Penentuan Bulan Ramadlan

1. Menghitung Bilangan Hari di Bulan Sya’ban

Islam adalah agama yang mudah. Dalam penentuan awal Ramadlan, hendaknya umat Islam membiasakan diri untuk menghitung bilangan hari pada bulan Sya’ban. Dalam kalender Qamariyyah (kalender Islam), jumlah hari dalam satu bulan adalah 29 hari atau 30 hari. Kita diwajibkan berpuasa jika telah melihat bulan (hilal bulan Ramadlan). Dan jika tertutup oleh awan (bulan tidak terlihat), maka bulan Sya’ban kita genapkan menjadi 30 hari. Hal itu sangat sesuai dengan amalan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya sebagaimana telah shahih dalam riwayat.

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فإن غبي عليكم فأكملوا عدة شعبان ثلاثين

“Berpuasalah jika kalian telah melihat bulan, dan berbukalah jika kalian melihatnya pula. Dan apabila bulan tertutup (awan) dari pandangan kalian, maka sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari” (HR. Bukhari no. 1810 dan Muslim no. 1081) 1 .

2. Jika Ada Orang (Saksi) yang Telah Melihat Bulan, Maka Berpuasalah atau Berbukalah

Melihat bulan (hilal) awal Ramadlan ditentukan dengan kesaksian dua orang saksi yang adil. Hal ini didasarkan oleh sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته وانسكوا لها فإن غم عليكم فأكملوا ثلاثين فإن شهد شاهدان فصوموا وأفطروا

“Berpuasalah jika kalian melihat bulan dan berbukalah jika kalian melihatnya pula, serta menyembelihlah (pada bulan Dzulhijjah) karena melihatnya. Jika bulan itu tertutup dari pandangan kalian, maka sempurnakanlah (bulan Sya’ban) menjadi 30 hari. Dan jika ada dua orang yang memberi kesaksian melihat bulan, maka berpuasalah dan berbukalah kalian” (HR. Nasa’i dalam Al-Mujtabaa no. 2116, Ahmad no. 18915, dan Daruquthni 2/167; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaaul-Ghalil no. 909).

3. Barangsiapa yang Berpuasa di Hari Syak (Meragukan), Maka Dia Telah Bermaksiat kepada Abul-Qasim (Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam).

Dengan demikian, tidak sepatutnya bagi seorang muslim untuk mendahului untuk berpuasa sebelum bulan Ramadlan, sehari atau dua hari – dengan alasan untuk berhati-hati. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

لا يتقدمن أحدكم رمضان بصوم يوم أو يومين إلا أن يكون رجل كان يصوم صومه فليصم ذلك اليوم

"Janganlah seseorang di antara kalian mendahului puasa Ramadlan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya; kecuali bagi yang biasa berpuasa, maka tidaklah mengapa ia berpuasa pada hari itu” (HR. Bukhari no. 1815 dan Muslim no. 1082).

‘Ammar berkata :

من صام اليوم الذي يشك فيه الناس فقد عصى أبا القاسم صلى الله عليه وسلم

“Barangsiapa berpuasa pada hari yang meragukan (syak), berarti dia telah mendurhakai Abul-Qasim (Rasulullah) shallallaahu ‘alaihi wasallam” (HR. Bukhari 4/119 secara mu’allaq, Abu Dawud no. 2334, Tirmidzi no. 686, Ibnu Majah no. 1645, dan Nasa’i dalam Al-Kubraa no. 2498. At-Tirmidzi berkata : Hasan shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/52).

Imam An-Nawawi berkata : “Hadits ini secara tegas melarang menyambut bulan Ramadlan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya bagi orang-orang yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa atau tidak menyambungnya dengan puasa sebelumnya. Jika ia tidak menyambungnya dengan puasa sebelumnya atau ia tidak memiliki kebiasaan berpuasa, maka itu diharamkan dan inilah pendapat yang benar” (Syarh Shahih Muslim lin-Nawawi 3/158) 2.

4. Doa Ketika Melihat Hilal (Bulan Baru Hijriyah) Ramadlan

Apabila hilal telah terlihat yang menandakan tanda mulainya Bulan Ramadlan (atau bulan-bulan yang lainnya), maka disunnahkan membaca doa :

اَللهُ أَكْـبَرُ، اَللّهُمَّ أَهِلَّـهُ عَلَيْـنَا بِاْلأَمْـنِ وَاْلإِيْمـَانِ، وَالسَّلامَـةِ وَاْلإِسْلامِ، وَالتَّـوْفِيْـقِ لِمَا تُحِـبُّ وَتَـرْضَـى، رَبُّنـَا وَرَبُّكَ اللهُ

[Alloohu akbar. Alloohumma ahillahu ‘alainaa bil-amni wal-iimaan. Was-salaamati wal-islaami, wat-taufiiqi limaa tuhibbu wa tardloo. Robbunaa wa robbukallooh]

“Allah Maha Besar. Ya Allah, tampakkan bulan satu itu kepada kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam serta mendapat taufiq untuk menjalankan apa yang Engkau senang dan rela. Rabb kami dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah” (HR. Tirmidzi no. 3451, Ad-Daarimi no. 1687, dan Ibnu Hibban dalam Mawaridudh-Dham’an hal. 589. At-Tirmidzi berkata : Hadits hasan gharib. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/423).


Catatan kaki :

1. Dalam penentuan awal bulan Ramadlan dan awal bulan Syawal, maka dalam Islam hanya mengenal metode Ru’yatul-Hilal (melihat bulan) pada malam hari tanggal 29. Bila ternyata bulan tidak terlihat, maka hitungan bulan disempurnakanl menjadi 30 hari. Adapun metode hisab adalah metode baru (bid’ah) dan selayaknya untuk dihindari oleh umat Islam. Dan inilah yang membuktikan bahwa Islam adalah agama yang mudah.

2. Dikutip melalui Puasa Sunnah : Hukum dan Keutamaannya (Judul Asli : Shiyaamu Tathawwu’ Fadlaailu wa Ahkaam) oleh Usamah ‘Abdil-‘Aziz.


http://myquran.org/forum/index.php/topic,26458.0.html

Bagikan

Jangan lewatkan

Cara Penentuan Bulan Ramadlan
4 / 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Diberdayakan oleh Blogger.