29 Mei, 2010

Menepis Syubhat (Kerancuan) Terhadap Salafiyah


Di tengah gelombang kebid’ahan dan kesyirikan yang menerpa umat sekarang ini. Di saat kebingungan dan ketimpangan semakin membelit kaum mudanya. Ahlul ahwa’ (para pengikut hawa-nafsu) tidak henti-hentinya melontarkan kerancuan dan keraguan. Bahkan tidak jarang melemparkan tuduhan serta fitnah yang tidak berdasar ke tengah-tengah umat terhadap kemulian dakwah Salafiyah yang penuh barakah ini dan para dainya. Semua itu ibarat riak-riak kecil, bila tidak segera ditepis akan menjadi gelombang ganas yang membahayakan lagi mengkhawatirkan.

Salah seorang murid senior Muhadits abad ini (Imam al-Albani rahimahullah), yaitu Syaikh Muhammad bin Musa Nashr telah mengumpulkan beberapa syubhat yang dilontarkan oleh musuh da’wah Salafiyah, kemudian beliau iringi dengan bantahannya. Pada kesempatan ini kami sampaikan sebagian dari bantahannya tersebut dan kami pilih yang sekiranya mendesak untuk diketahui.


SYUBHAT PERTAMA: Salafiyah adalah sebuah penasaban yang bid’ah!

Jawaban Syaikh Abu Anas Muhammad bin Musa Nashr:

Sebagian musuh dakwah Salafiyah menganggap bahwa menisbatkan diri kepada Salaf merupakan pengelompokan bid’ah. Hal itu sebagaimana mereka yang menamakan diri dengan: Ikhwanul Muslimin, Hizbut Thahrir, dan Jamaah Tabligh.

Mereka tidak tahu, bahwa Salafiyah adalah sebuah penasaban terhadap generasi terbaik. Yaitu generasi sahabat dan tabi’in, yang telah dipersaksikan oleh Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam dengan kebaikan. Juga merupakan penyandaran terhadap umat yang ma’sum (terjaga dari kesalahan), yang tidak akan bersepakat di dalam kesesatan, umat yang telah diridhai oleh Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya”.
(al-Bayyinah: 8)

Sungguh jauh berbeda, antara orang yang menisbatkan diri kepada individu yang tidak ma’sum, bersikap loyal, dan fanatik terhadap seluruh perkataan dan pendapatnya, dengan orang yang menisbatkan diri kepada umat yang selamat dari penyimpangan dan kesesatan di saat munculnya banyak perselisihan.

Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Umat ini akan terpecah menjadi 73 kelompok. Semuanya di dalam neraka kecuali satu.”
Sahabat bertanya: “Siapa dia wahai Rasulullâh?
Jawab Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam :
“Mereka adalah orang-orang yang semisal dengan apa yang aku dan sahabatku berada di atasnya”.
Itulah Salafiyah yang mengambil Islam secara murni, bersih dari segala bid’ah. Islam yang dibawa Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam , para sahabatnya dan umat terbaik sesudah mereka.
Bagaimana kalian membolehkan ’jamaah-jamaah’ Islam menisbatkan diri terhadap individu-individu yang tidak ma’sum, lalu pada waktu yang sama kalian melarang orang-orang menasabkan kepada umat yang ma’sum dari segala kesesatan. Menasabkan diri kepada Salafush Shalih, dari kalangan sahabat, tabi’in, dan para imam (ulama) rabbani yang jauh dari hizbiyah- hizbiyah (fanatik terhadap kelompok-kelompok) pemecah belah umat?
Guru kami, al-Albani telah berkata, membantah hizbiyah : “Kami terang-terangan memerangi hizbiyah- hizbiyah tersebut, karena hal tersebut sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”.
(al-Mu’minun: 53)
Padahal tidak ada hizbiyah sama sekali dalam Islam. Berdasarkan nash al-Qur’an, hizb hanya ada satu, (yakni hizbullah).
“Ketahuilah sesungguhnya hizb Allah-lah yang beruntung”.
(Mujadalah: 22)
Hizbullah adalah jamaah Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam. Hendaknya seseorang itu berada di atas manhaj para sahabat, hal ini membutuhkan ilmu terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah.
Beliau (Al-Albani) pernah juga ditanya:
“Apakah Salafiyah itu dakwah hizbiyah, golongan, madzhab ataukah kelompok baru dalam Islam?”
Beliau menjawab: “Kalimat “Salaf” itu terkenal di dalam bahasa Arab dan syar’i. Telah shahih dari Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam, ketika akan wafat beliau berkata kepada Fatimah, putrinya:
“Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. Aku adalah sebaik-baik salaf bagimu”.
Banyak sekali para ulama’ yang menggunakan istilah “Salaf”. Satu contoh, ketika mereka menggunakannya untuk menghancurkan bid’ah:
“Setiap kebaikan adalah di dalam mengikuti salaf, dan setiap kejelekan adalah di dalam bid’ahnya khalaf”.
Tetapi ada sebagian orang yang mengaku berilmu mengingkari penisbatan terhadap Salaf, dengan anggapan hal itu tidak ada sandarannya.
Dia mengatakan: “Seorang muslim tidak boleh mengatakan: “Saya Salafi”. Sepertinya dia mengatakan: “Seorang muslim tidak boleh mengatakan saya adalah pengikut manhaj Salaf as-Shalih dalam aqidah, ibadah, perilaku dan lainnya.”
Tidak diragukan lagi, pengingkaran ini membawa konsekwensi dia berlepas diri dari Islam yang shahih. Islamnya para Salaf as-Shalih, yang dipimpin oleh Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam , sebagaimana telah diisyaratkan oleh hadits mutawatir dalam “Shahihain” dan lainnya, Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Sebaik baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya”.
Seorang muslim tidak boleh berlepas diri dari penisbatan kepada Salafush shalih. Orang yang mengingkari penisbatan yang mulia ini, bukankah dia juga menisbatkan diri kepada madzhab-madzhab yang ada, baik dalam aqidah, maupun fiqih? Bisa jadi dia seorang Asy’ariy atau Maturidy. Bisa jadi pula seorang Hanafi , Syafi’i, Maliki atau Hambali, yang tergolong Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Padahal orang yang menisbatkan kepada madzhab Asy’ariy atau salah satu dari 4 madzhab (fiqih) yang ada, dia telah menisbatkan diri kepada individu yang tidak ma’sum, walaupun ada juga para ulama yang benar. Tetapi apakah dia mengingkari penisbatan kepada individu-individu yang tidak ma’sum ini?
Dan inilah perkataan ahlul ilmi tentang bolehnya menisbatkan diri kepada Salafush as-Shalih:
Ibnu Manzhur berkata: “Termasuk arti Salaf adalah: pendahulumu, yaitu bapak-bapakmu dan kerabatmu yang punya umur dan keutamaan lebih di atasmu. Oleh karena itu generasi pertama dari kalangan tabi’in dinamakan “Salafush Shalih”.
Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam pernah berkata kepada putrinya, Zainab, ketika akan meninggal:
“Susullah Salaf kita yang shahih, yaitu Utsman bin Mazh’un.”
Al-Ghazali berkata: “Yang saya maksud dengan Salaf adalah madzhab sahabat dan tabi’in.”
Syaikhul Islam berkata: “Tiada aib bagi orang yang menampakkan madzhab salaf dan menisbatkan kepadanya, bahkan penisbatan tersebut wajib diterima menurut kesepakatan (ulama’), karena madzhab salaf adalah madzhab yang haq.”
Al-Baijuri berkata: “Yang dimaksud dengan istilah Salaf adalah orang yang terdahulu dari para nabi, tabi’in dan tabiut tabi’in.”


SYUBHAT KEDUA: Salafiyun Iebih Mementingkan Perkara-Perkara Furu’ (Cabang, Remeh) Ketimbang Perkara Ashl (pokok).


Jawaban Syaikh :


“Ini merupakan kedustaan serta bualan mereka. Sesungguhnya da’wah Salafiyah -alhamdulillah- mengimani Islam seluruhnya, tanpa pilih-pilih, berdasarkan firman Allah:

“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah.” (Al- Baqoroh : 208)
Dan juga dengan firman Allah yang lain, yang mencela orang yang mengambil (mengamalkan) agama hanya menurut selera hawa nafsu.
“Apakah kalian mengimani sebagian dari kitab, dan mengkufuri sebagiannya?”
(Al-Baqarah 85)
Kewajiban terpenting dalam da’wah Salafiyah adalah tauhid, menghambakan makhluk kepada Rabbnya, mentarbiyah (membina) umat di atas manhaj Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam, dan memberikan perhatian terhadap sunnah-sunnah yang sudah mulai ditinggalkan lalu menghidupkannya kembali.
Semua itu merupakan bagian dari program dan manhaj da’wah Salafiyah. Tetapi sebagian orang-orang yang menyelisihi da’wah Salafiyah ini ada yang menganggap sunnah-sunnah Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam, seperti: siwak, memanjangkan jenggot, meninggikan kain di atas mata kaki, sutrah dan lainnya, sebagai perkara “qusyur” (remeh/kulit).

“Sangat buruk kalimat yang keluar dari mulut-mulut mereka, tidaklah yang mereka
ucapkan melainkan kedustaan.”
(al-Kahfi: 5)

Orang-orang yang bingung itu tidak tahu, bahwa Islam itu semuanya lubab (inti), sehingga persepsi dan pikiran mereka yang busuk menganggapnya sebagai “qusyur”.

Padahal semua yang dibawa oleh wahyu (Al-Kitab dan As-Sunnah) adalah haq dan lubab (inti), orang yang memperolok-olok sesuatu darinya maka dia kafir. Sedangkan orang yang menyebut sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah dengan “qusyur” (kulit, hal remeh) yang dapat dibuang, maka dia berada di pinggir jurang yang dalam.


SYUBHAT KETIGA: Dakwah Salafiyah Tidak Memberikan Perhatian Terhadap Masalah-Masalah Politik, Bahkan Meninggalkannya Sama Sekali.


Syaikh menjawab:

Ini juga merupakan kedustaan yang nyata. Karena menurut Salafiyin, perkara politik termasuk dalam urusan dien. Tetapi politik yang mana?

Apakah politik koran-koran, majalah-majalah, dan kantor-kantor berita milik Yahudi dan Nashari? Ataukah politik Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam dan para sahabatnya?

Apakah politik demokrasi, yang mereka dengungkan dengan semboyan orang-orang kafir: “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat?”

Ataukah politik pemeluk Islam yang berprinsip: “Hukum Allah, untuk Allah, berpijak pada Kitabullah dan Sunnah Rasulnya, melalui musyawarah yang dibenarkan oleh Islam?”

Dan apakah politik yang kebenaran diukur dengan banyaknya jari yang terangkat (voting) di Majelis Perwakilan Rakyat, meskipun terkadang voting tersebut menambah kuatnya kemungkaran atau kesyirikan? Ataukah politik sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala.


Allah Ta’ala berfirman:

“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia”. (Yusuf: 40)

Salafiyin tidak ingin meraih al-haq dengan cara yang batil. Karena menurut mereka, sebuah tujuan tidaklah menghalalkan segala cara. Mereka tidak akan berjuang di atas “punggung-punggung babi”, tidak akan minta pertolongan kepada kaum musyrikin, dan selamanya tidak akan berkumpul dengan orang-orang munafiq. Mereka menolak jumlah banyak yang bersifat seperti buih, yang tidak menyandang sifat syar’i sedikitpun.


SYUBHAT KEEMPAT: Salafiyun Bersikap Mudahanah Terhadap Penguasa, Tidak Bicara Al-Haq Secara Terang-Terangan Di Hadapan Mereka.

Jawaban Syaikh:

Di mana Salafiyun yang menempati jabatan-jabatan tinggi, berupa jabatan Menteri, Hakim atau Mufti di negara-negara Islam?

Mencari jabatan seperti itu adalah monopoli ahli bid’ah selama puluhan tahun. Andaikata Salafiyun mau cari muka dan menjual ilmu, niscaya mereka akan meraih apa yang telah diraih selain mereka. Tetapi Salafiyun memandang itu semua sebagai kemunafikan. Bahkan mereka memandang tidak boleh memasuki Majlis Perwakilan Rakyat, agar tidak menjadi jembatan untuk Undang-Undang buatan manusia dan hukum-hukum Thaghut, dan bergelimang dalam kebatilan.

Kalau ada oknum yang menasabkan diri kepada Salafiyah, lalu dia memuji-muji penguasa dengan dusta, mencari muka dengan cara berbasa-basi dan bersikap nifaq, maka hanyalah mewakili dirinya sendiri. Dakwah Salaf serta Salafiyun berlepas diri dari apa yang dia lakukan. Kewajiban Salafiyun terhadap orang seperti itu adalah memberikan nasehat dan mengingatkan, kemudian memboikot dan memberikan peringatan (jika dia enggan, pen).

Salafiyun adalah orang-orang yang membicarakan al-haq secara terang-terangan, penuh dengan hikmah dan nasehat yang baik. Tanpa mengobarkan pengkafiran, menyatakan orang lain durhaka, dan pemberontakan terhadap penguasa.

Dakwah Salaf mengajak untuk memberikan nasehat terhadap penguasa, serta zuhud terhadap apa-apa yang ada pada mereka, yang berupa harta, jabatan, dan kehormatan. Juga mengajak untuk tidak mengobarkan (emosi) terhadap mereka, tidak rakus terhadap singgasana mereka, tidak memberontak melawan mereka. Kecuali jika nampak kekufuran yang nyata pada mereka, dengan terpenuhinya syarat-syarat serta tidak adanya penghalang-penghalang kekafiran. Tetapi hal itu ditetapkan oleh ulama, bukan oleh orang-orang hina yang mengikuti setiap orang yang memanggil.

SYUBHAT KELIMA: Salafiyin suka berlebih-lebihan….!

Jawaban Syaikh:

Adapun kalau yang dimaksud berlebih-lebihan adalah bersungguh-sungguh di dalam alhaq, melaksanakan kawajiban-kewajiban, dan menghidupkan sunnah-sunnah yang sudah mulai ditinggalkan, maka ini adalah haq, bukan aib bagi seorang muslim. Sedangkan yang merupakan aib adalah kalau seseorang meremehkan perkara-perkara agama, membolehkan hal-hal yang diharamkan, serta mengerjakan hal-hal yang melanggar syari’at.

Maka apakah memelihara jenggot yang merupakan Sunnah merupakan sikap berlebihan? Apakah memendekkan kain di atas mata kaki sampai pertengahan betis yang merupakan Sunnah merupakan sikap berlebihan? Apakah mengharamkan jabat-tangan dengan wanita bukan mahram, mengharamkan lagu-lagu dan musik, termasuk berlebih-lebihan? Padahal ulama’ dahulu dan sekarang telah berfatwa dengan hal-hal di atas!

Itu semua hanyalah tuduhan yang dibuatbuat agar manusia menjauhi para da’i Al-Kitab dan As-Sunnah pengikut Salaful Ummah.

Salafiyah tidaklah menyia-nyiakan syari’at ini sedikitpun, tidak meremehkan Sunnah, apapun bentuknya. Sebagaimana hal itu dilakukan oleh harikiyin dan hizbiyin yang menuduh Salafiyin suka mencari-cari masalah ganjil yang mereka namai dengan “qusyur” (perkara kulit) untuk meremehkannya. Keberuntunganlah bagi orang-orang yang asing, yang telah diberitakan oleh Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam, dengan sabdanya:

“Mereka adalah orang-orang yang memperbaiki sunnah-sunnah Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam yang telah dirusak oleh manusia”.

SYUBHAT KEENAM: Salafiyin Tidak Menaruh Perhatian Terhadap Masalah Jihad.


Syaikh menjawab:

Jihad merupakan puncak syari’at. Ayat-ayat dan hadits-hadits yang menganjurkannya banyak sekali dan sudah terkenal. Tetapi jihad mempunyai kaedah-kaedah, syarat-syarat, dan adab-adab. Salafiyun tidak akan berangkat jihad di bawah bendera jahiliyah, karena jihad tidaklah disyari’atkan kecuali untuk menegakkan syari’at Allah.


Allah Ta’ala berfirman:

“Sehingga tidak terjadi fitnah, dan agama seluruhnya untuk Allah”.
(al-Anfaal: 39)

Untuk berjihad harus ada imam, harus ada bendera Islam. Dan harus ada pembinaan rabbaniyah seputar jihad. Harus ada bekal dan kesiapan. Menurut Salafiyin, jihad haruslah berdasarkan ilmu, keyakinan dan sasaran yang jelas. Jika bendera telah tegak dan tujuan (sasaran) juga jelas, maka Salafiyin tidak akan ketinggalan.

Bumi Palestina, Chehcnya, Afghon, Balkan, Kasmir menjadi saksi bagi mereka di sisi Allah Ta’ala. Mereka mendorong peperangan (jihad) dengan pemahaman seperti ini.

SYUBHAT KETUJUH: Dakwah Salafiyah Memecah Belah Umat Dan Membikin Fitnah.

Jawab Syaikh:

Kenapa dakwah Salaf dituduh demikian?

Karena dakwah ini memisahkan keburukan dari kebajikan, dan itu merupakan tujuan Allah dan Rasul-Nya.

“Agar Allah memisahkan antara kejelekan dengan kebaikan.”
(al-Anfaal: 37)

Allah Ta’ala juga berfirman:

“Katakanlah: “Kebenaran itu dari Rabb kalian, barangsiapa yang ingin, berimanlah dan siapa yang ingin , kufurlah.”” (al-Kahfi: 29)


Ketika seorang da’i Salafi memerangi bid’ah dan ahli bid’ah, langsung dituduh dengan tuduhan-tuduhan yang keji tersebut. Karena memang di antara prinsip Ahlul Bid’ah adalah mengumpulkan orang dengan membabi buta dengan dalih menjaga persatuan kaum muslimin. Mereka tidak peduli bentuk dan jenisnya, tetapi yang penting kwantitas, bagaimana itu bisa terwujud. Karena itu kamu lihat mereka berbasa-basi di hadapan ahlul bid’ah dan ahli kesesatan. Tetapi mereka tidak mau berdamai dengan Salafiyin. Bahkan mereka memusuhi, mencela, membenci, dan membesar-besarkan kesalahan Salafiyin.


Kami akan senantiasa ingat ucapan salah satu pembesar Ikhwanul Musimin di kota Zarqo’ yang membela Khumaini dan revolusinya serta membantah Salafiyin yang memperingatkan dari firqah Syiah, condong kepadanya. Dia berkata:

“Muslim Syiah yang menegakkan syari’at Allah, lebih utama daripada Sunni Salafi yang tidak menegakkan syari’at, mereka itu perusak.”

Lalu dia memberikan tuduhan-tuduhan bahwa Salafi membuat fitnah dan memecah belah umat.

Maka saya katakan: “Perhatikanlah mereka telah terjatuh ke dalam fitnah, tidaklah mereka mengetahui bahwa Syiah adalah Yahudinya umat ini. Syi’ah adalah firqah yang paling buruk. Karena berbagai perkara yang ada pada mereka, seperti: bid’ah, kesesatan, merubah kitab Allah, mencela sahabat Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam , dan menuduh Aisyah ummul mukminin berzina, padahal Allah telah mensucikannya dari atas langit ke tujuh, Maha Tinggi Allah dengan ketinggiannya yang Agung dari apa yang diucapkan orang-orang dhalim.


Demikian beberapa syubhat diantara banyak syubhat yang dilontarkan oleh sebagian orang kepada dakwah salafiyah dan bantahannya. Mudahan-mudahan Allah memudahkan bagi kita untuk mengenal yang hak sebagai sebuah kebenaran dan semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk melaksanakannya.


(Majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun VI/1423H/2002M)



http://majalah-assunnah.com
http://widiy.blogspot.com/
Baca selengkapnya

27 Mei, 2010

Dukun Berobat Kedokter

Dukun Berobat Kedokter


:ha?::sobrakana:Jombang - Ponari, dukun cilik asal Jombang saat ini menjalani rawat jalan dan mengkonsumsi obat dari Puskesmas Megaluh karena mengalami gejala typhus. Ponari lemah dan suhu badannya panas tinggi sejak seminggu lalu.

Anak Kamsin dan Mukaromah warga Dusun Kedungsari Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang ini sudah berusaha menggunakan batu petir yang didapat saat hujan deras disertai petir 2009 lalu.

Namun sayang, batu tersebut tidak membantunya dan kondisi Ponari masih drop dan panas tinggi. Ponari pun harus mengkonsumsi obat dari puskesmas.

"Obatnya dari dokter, sebab batunya tidak bisa. Obatnya berupa sirup penurun panas dan pil yang diminum 3 kali sehari," kata bapak Ponari, Kamsin kepada wartawan di rumahnya, Rabu (26/5/2010).

Ponari pun tidak diperbolehkan bermain dan bersekolah dulu orangtuanya. Karena dokter menyarankan agar Ponari menjalani istirahat total.

"Ponari juga diinfus, setelah panasnya turun baru dilepas dan diperbolehkan pulang. Sekarang harus istirahat total," tambahnya. Sumber
:tsk:

Berawal dari nonton Berita dari TV, dalam hati tersenyum kecil melihat sang dukun tiban ini masuk rumah sakit dan sempat diopnam dua hari dirumah sakit dikarenakan sakit tipes, Bukan tidak empati doa saya semga diberi cepat sembuh dan disegarakan hidayah menyapa teman kecil kita ini selalu terpanjat amin,

Semoga dengan ini kita bisa terbuka mata kita, ternyata sang dukunpun masih sakit (juga manusia kan?, dan dia mempercayakan untuk memulihkan kesehatan dia juga harus kerumah sakit, tidak mengobati dirinya sendiri yang biasanya dia mengobati orang lain, kalo memang dia bisa mengobati kenapa hanya penyakit tipes saja dia tidak bisa mengobati? sungguh benar perktaan Rasulullah Barang siapa mendatangi seorang dukun atau bersekutu dengan jin maka tidak lah itu hanya akan menambah kelemahan pada dirinya, dan ancaman rasulullah tidak diterimya solatnya,

padahal yang datang untuk berobat ada yang lebih parah dari tipes, kaya kena ginjal, lumpuh dan lain-lain, pernah juga sebalum ini sayang dukun sakit karena kelelahan dan harus kerumah sakit juga garupale :ayokona: masih kita kita mempertaruhkan hidup, kesehatan terlebih iman dan surga kita dengan dukun ini? plis dech :devilishgrin:, semoga kita akan berfikir ulang memperyakan kesehatand dan yang lain dengan hal klenik semacam ini bukan hanya kepada Ponari semata tapi kepada yang lain juga yang berprofesi sama:puppyeyes:, serahkan urusan pada ahliya, kalo kedokter tidak mampu kan ada pengobatan alternatif dengan herbal tanpa mistik dan menyerempet soal aqidah ati-ati aja dech lebih baik dihindari saja,:lamagawa:

http://widiy.blogspot.com/
Baca selengkapnya
Inilah Dakwah Salaf

Inilah Dakwah Salaf

Allhamdulillah dakwah salaf telah banyak dikenal oleh kaum muslimin karena taufiq dan kehendak Alloh Ta'ala. Juga melalui para dai' salafy yang ikhlas karena Alloh Ta'ala. Tetapi bagaimana kita menjelaskan makna dakwah yang mulia ini kepada masyarakat awam? Insyaalloh antum temukan dalam kajian bersama Ustadz Zainal Abidin dengan tema MENGAPA SAYA MEMILIH MANHAJ SALAF? Pengajian ini disampaikan di Masjid Al Wathon, desa Dalanga, Tawangsari, Sukoharjo (10 Mei 2010, Ba’da Isya’ sampai selesai.)




Download
Sumber
http://widiy.blogspot.com/
Baca selengkapnya

11 Mei, 2010

Waspada!

Waspada!

:tsk:Saya kebetulan senang membaca buku namun buku dipasaran tidaklah semua bagus untuk dibaca dan dipelajari, melihat dari sampulnya, judulnya ketika kita berada ditoko buku kadang saya tertarik dan pengin beli, tapi kadang saya punya banyak pertimbangan dalam membeli buku, siapa pengarangya, siapa penerbitnya apa latar belakang mereka, sebagai seorang suni saya harusnya lebih banyak belajar tentang ke-sunian dan berhati-hati dengan bacaan lain,

Bukan berniat apa-apa namun menjaga diri dari syubhat yang dapat ditimbulkan buku itu saya rasa lebih baik bagi diri saya, dan orang yang bakal minjem buku saya, karena kesadaran akan ilmu saya yang jauh dari tau dan jauh dari paham terhadap suni saya memilih hanya membaca buku yang background penerbit dan pengarah adalah seoarng suni juga, banyak buku syiah tersebar didalam rak-rak Gramed dan toko buku lain, kewaspadaan ini mutlak saya perlukan karena gap antara syiah dan suni terlampau lebar namun kadang dalam sebuah buku dibuat seolah sama namun memuat sebuah syugbah yang kadang tidak kita sadari(namanya juga syubhat pasti terselubung)

Berikut adalah beberapa daftar buku syiah yang wajib saya waspadai


PENERBIT JUDUL
BUKU DAN PENGARANG
Lentera Akhlak Keluarga Nabi, Musa Jawad Subhani
Ar-Risalah, Syaikh Ja?far Subhani
As-Sair Wa As-suluk, Sayid Muhammad Mahdi Thabathaba?i Bahrul Ulum
Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, Khalil Al Musawi
Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, Khalil al-Musawi
Bagaimana Menyukseskan Pergaulan, Khalil al-Musawi
Belajar Mudah Tasawuf, Fadlullah Haeri
Belajar Mudah Ushuluddin, Syaikh Nazir Makarim Syirasi
Berhubungan dengan Roh, Nasir Makarim Syirazi
Ceramah-Ceramah (1), Murtadha Muthahhari
Ceramah-Ceramah (2), Murtadha Muthahhari
Dunia Wanita Dalam Islam, Syaikh Husain Fadlullah
Etika Seksual dalam Islam, Murtadha Muthahhari
Fathimah Az-Zahra, Ibrahim Amini
Fiqih Imam Ja?far Shadiq [1], Muhammad Jawad Mughniyah
Fiqih Imam Ja?far Shadiq Buku [2], Muh Jawad Mughniyah
Fiqih Lima Mazhab, Muh Jawad Mughniyah
Fitrah, Murthadha Muthahhari
Gejolak Kaum Muda, Nasir Makarim Syirazi
Hak-hak Wanita dalam Islam, Murtadha Muthahhari
Imam Mahdi Figur Keadilan, Jaffar Al-Jufri (editor)
Kebangkitan di Akhirat, Nasir Makarim Syirazi
Keutamaan & Amalan Bulan Rajab, Sya?ban dan Ramadhan,Sayid Mahdi al-Handawi
Keluarga yang Disucikan Allah, Alwi Husein, Lc
Ketika Bumi Diganti Dengan Bumi Yang Lain, Jawadi Amuli
Kiat Memilih Jodoh, Ibrahim Amini
Manusia Sempurna, Murtadha Muthahhari
Mengungkap Rahasia Mimpi, Imam Ja?far Shadiq
Mengendalikan Naluri, Husain Mazhahiri
Menumpas Penyakit Hati, Mujtaba Musawi Lari
Metodologi Dakwah dalam Al-Qur?an, Husain Fadhlullah
Monoteisme, Muhammad Taqi Misbah
Meruntuhkan Hawa Nafsu Membangun Rohani, Husain Mazhahiri
Memahami Esensi AL-Qur?an, S.M.H. Thabatabai
Menelusuri Makna Jihad, Husain Mazhahiri
Melawan Hegemoni Barat, M. Deden Ridwan (editor)
Mengenal Diri, Ali Shomali
Mengapa Kita Mesti Mencintai Keluarga Nabi Saw, Muhammad Kadzim Muhammad Jawad
Nahjul Balaghah, Syarif Radhi (penyunting)
Penulisan dan Penghimpunan Hadis, Rasul Ja?farian
Perkawinan Mut?ah Dalam Perspektif Hadis dan Tinjauan Masa Kini, Ibnu Mustofa (editor)
Perkawinan dan Seks dalam Islam, Sayyid Muhammad Ridhwi
Pelajaran-Pelajaran Penting Dalam Al-Qur?an (1), Murtadha Muthahhari
Pelajaran-Pelajaran Penting Dalam Al-Qur?an (2), Murtadha Muthahhari
Pintar Mendidik Anak, Husain Mazhahiri
Rahasia Alam Arwah, Sayyid Hasan Abthahiy
Suara Keadilan, George Jordac
Yang Hangat dan Kontroversial dalam Fiqih, Ja?far Subhani
Wanita dan Hijab, Murtadha Muthahhari

Pustaka Hidayah 14 Manusia Suci, WOFIS IRAN
70 Salawat Pilihan, Al-Ustads Mahmud Samiy
Agama Versus Agama, Ali Syari?ati
Akhirat dan Akal, M Jawad Mughniyah
Akibat Dosa, Ar-Rasuli Al-Mahalati
Al-Quran dan Rahasia angka-angka, Abu Zahrah Al Najdiy
Asuransi dan Riba, Murtadha Muthahhari
Awal dan Sejarah Perkembangan Islam Syiah, S Husain M Jafri
Belajar Mudah Ushuluddin, Dar al-Haqq
Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam, Husain Ali Turkamani
Catatan dari Alam Ghaib, S Abd Husain Dastaghib
Dari Saqifah Sampai Imamah, Sayyid Husain M. Jafri
Dinamika Revolusi Islam Iran, M Riza Sihbudi
Falsafah Akhlak, Murthadha Muthahhari
Falsafah Kenabian, Murthada Muthahhari
Gerakan Islam, A. Ezzati
Humanisme Antara Islam dan Barat, Ali Syari?ati
Imam Ali Bin Abi Thalib & Imam Hasan bin Ali Ali Muhammad Ali
Imam Husain bin Ali & Imam Ali Zainal Abidin Ali Muhammad Ali
Imam Muhammad Al Baqir & Imam Ja?far Ash-Shadiq Ali Muhammad Ali
Imam Musa Al Kadzim & Imam Ali Ar-Ridha Ali Muhammad Ali
Inilah Islam, SMH Thabataba?i
Islam Agama Keadilan, Murtadha Muthahhari
Islam Agama Protes, Ali Syari?ati
Islam dan Tantangan Zaman, Murthadha Muthahhari
Jejak-jejak Ruhani, Murtadha Muthahhari
Kepemilikan dalam Islam, S.M.H. Behesti
Keutamaan Fatimah dan Ketegaran Zainab, Sayyid Syarifuddin Al Musawi
Keagungan Ayat Kursi, Muhammad Taqi Falsafi
Kisah Sejuta Hikmah, Murtadha Muthahhari
Kisah Sejuta Hikmah [1], Murthadha Muthahhari
Kisah Sejuta Hikmah [2],Murthadha Muthahhari
Memilih Takdir Allah, Syaikh Ja?far Subhani
Menapak Jalan Spiritual, Muthahhari & Thabathaba?i
Menguak Masa Depan Umat Manusia, Murtadha Muthahhari
Menolak Isu Perubahan Al-Quran, Rasul Ja?farian
Mengurai Tanda Kebesaran Tuhan, Imam Ja?far Shadiq
Misteri Hari Pembalasan, Muhsin Qara?ati
Muatan Cinta Ilahi, Syekh M Mahdi Al-syifiy
Nubuwah Antara Doktrin dan Akal, M Jawad Mughniyah
Pancaran Cahaya Shalat, Muhsin Qara?ati
Pengantar Ushul Fiqh, Muthahhari & Baqir Shadr
Perayaan Maulid, Khaul dan Hari Besar Islam, Sayyid Ja?far Murtadha al-Amili
Perjalanan-Perjalanan Akhirat, Muhammad Jawad Mughniyah
Psikologi Islam, Mujtaba Musavi Lari
Prinsip-Prinsip Ijtihad Dalam Islam, Murtadha Muthahhari& M. Baqir Shadr
Rasulullah SAW dan Fatimah Ali Muhammad Ali
Rasulullah: Sejak Hijrah Hingga Wafat, Ali Syari?ati
Reformasi Sufistik, Jalaluddin Rakhmat
Salman Al Farisi dan tuduhan Terhadapnya, Abdullah Al Sabitiy
Sejarah dalam Perspektif Al-Quran, M Baqir As-Shadr
Tafsir Surat-surat Pilihan [1], Murthadha Muthahhari
Tafsir Surat-surat Pilihan [2], Murthadha Muthahhari
Tawasul, Tabaruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali, Syaikh Ja?far Subhani
Tentang Dibenarkannya Syafa?at dalam Islam, Syaikh Ja?far Subhani
Tujuan Hidup, M.T. Ja?fari
Ummah dan Imamah, Ali Syari?ati
Wanita Islam & Gaya Hidup Modern, Abdul Rasul Abdul Hasan al-Gaffar

MIZAN 40 Hadis [1], Imam Khomeini
40 Hadis [2], Imam Khomeini
40 Hadis [3], Imam Khomeini
40 Hadis [4], Imam Khomeini
Akhlak Suci Nabi yang Ummi, Murtadha Muthahhari
Allah dalam Kehidupan Manusia, Murtadha Muthahhari
Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami-Istri, Ibrahim Amini
Berhaji Mengikuti Jalur Para Nabi, O.Hasem
Dialog Sunnah Syi?ah, A Syafruddin al-Musawi
Eksistensi Palestina di Mata Teheran dan Washington, M Riza Sihbudi
Falsafah Pergerakan Islam, Murtadha Muthahhari
Falsafatuna, Muhammad Baqir Ash-Shadr
Filsafat Sains Menurut Al-Quran, Mahdi Gulsyani
Gerakan Islam, A Ezzati
Hijab Gaya Hidup Wanita Muslim, Murtadha Muthahhari
Hikmah Islam, Sayyid M.H. Thabathaba?i
Ideologi Kaum Intelektual, Ali Syari?ati
Ilmu Hudhuri, Mehdi Ha?iri Yazdi
Islam Aktual, Jalaluddin Rakhmat
Islam Alternatif, Jalaluddin Rakhmat
Islam dan Logika Kekuatan, Husain Fadhlullah
Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, Ali Syari?ati
Islam Dan Tantangan Zaman, Murtadha Muthahhari
Islam, Dunia Arab, Iran, Barat Dan Timur tengah, M Riza Sihbudi
Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi?ah, A Syafruddin Al Musawi
Jilbab Menurut Al Qur?an & As Sunnah, Husain Shahab
Kasyful Mahjub, Al-Hujwiri
Keadilan Ilahi, Murtadha Muthahhari
Kepemimpinan dalam Islam, AA Sachedina
Kritik Islam Atas Marxisme dan Sesat Pikir Lainnya, Ali Syari?ati
Lentera Ilahi Imam Ja?far Ash Shadiq
Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari
Masyarakat dan sejarah, Murtadha Muthahhari
Mata Air Kecemerlangan, Hamid Algar
Membangun Dialog Antar Peradaban, Muhammad Khatami
Membangun Masa Depan Ummat, Ali Syari?ati
Mengungkap Rahasia Al-Qur?an, SMH Thabathaba?i
Menjangkau Masa Depan Islam, Murtadha Muthahhari
Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer, Jalaluddin Rakhmat
Menyegarkan Islam, Chibli Mallat (*0
Menjelajah Dunia Modern, Seyyed Hossein Nasr
Misteri Kehidupan Fatimah Az-Zahra, Hasyimi Rafsanjani
Muhammad Kekasih Allah, Seyyed Hossein Nasr
Muthahhari: Sang Mujahid Sang Mujtahid, Haidar Bagir
Mutiara Nahjul Balaghah, Muhammad Al Baqir
Pandangan Dunia Tauhid,. Murtadha Muthahhari
Para Perintis Zaman Baru Islam,Ali Rahmena
Penghimpun Kebahagian, M Mahdi Bin Ad al-Naraqi
PersinggahanPara Malaikat, Ahmad Hadi
Rahasia Basmalah Hamdalah, Imam Khomeini
Renungan-renungan Sufistik, Jalaluddin Rakhmat
Rubaiyat Ummar Khayyam, Peter Avery
Ruh, Materi dan Kehidupan, Murtadha Muthahhari
Spritualitas dan Seni Islam, Seyyed Hossein Nasr
Syi?ah dan Politik di Indonesia, A. Rahman Zainuddin (editor)
Sirah Muhammad, M. Hashem
Tauhid Dan Syirik, Ja?far Subhani
Tema-Tema Penting Filsafat, Murtadha Muthahhari
Ulama Sufi & Pemimpin Ummat, Muhammad al-Baqir

YAPI
JAKARTA Abdullah Bin Saba? dalam Polemik, Non Mentioned
Abdullah Bin Saba? Benih Fitnah, M Hashem
Al Mursil Ar Rasul Ar Risalah, Muhammad Baqir Shadr
Cara Memahami Al Qur?an, S.M.H. Bahesti
Hukum Perjudian dalam Islam, Sayyid Muhammad Shuhufi
Harapan Wanita Masa Kini, Ali Shari?ati
Hubungan Sosial Dalam Islam, Sayyid Muh Suhufi
Imam Khomeini dan Jalan Menuju Integrasi dan Solidaritas Islam, Zubaidi Mastal
Islam Dan Mazhab Ekonomi, Muhammad Baqir Shadr
Kedudukan Ilmu dalam Islam, Sayyid Muh Suhufi
Keluarga Muslim, Al Balaghah Foundation
Kebangkitan Di Akhirat, Nasir Makarim Syirazi
Keadilan Ilahi, Nasir Makarim Syirazi
Kenabian, Nasir Makarim Syirazi
Kota Berbenteng Tujuh, Fakhruddin Hijazi
Makna Ibadah, Muhammad Baqir Shadr
Menuju Persahabatan, Sayyid Muh Suhufi
Mi?raj Nabi, Nasir Makarim Syrazi
Nasehat-Nasehat Imam Ali, Non Mentioned
Prinsip-Prinsip Ajaran Islam, SMH Bahesti
Perjuangan Melawan Dusta, Bi?that Foundation
Persaudaraan dan Persahabatan, Sayyid Muh Suhufi
Perjanjian Ilahi Dalam Al-Qur?an, Abdul Karim Biazar
Rasionalitas Islam, World Shi?a Muslim Org.
Syahadah, Ali Shari?ati
Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem
Sebuah Kajian Tentang Sejarah Hadis, Allamah Murthadha Al Askari
Tauhid, Nasir Makarim Syirazi
Wasiat Atau Musyawarah, Ali Shari?ati
Wajah Muhammad, Ali Shari?ati

YAPI
Bangil Akal dalam Al-Kafi, Husein al-Habsyi
Ajaran- ajaran Al-Quran, Sayid T Burqi & Bahonar
Bimbingan Sikap dan Perilaku Muslim, Al Majlisi Al-Qummi
Hawa Nafsu, M Mahdi Al Shifiy
Konsep Ulul Amri dalam Mazhab-mazhab Islam, Musthafa Al Yahfufi
Kumpulan Khutbah Idul Adha, Husein al-Habsyi
Kumpulan Khutbah Idul Fitri, Husein al-Habsyi
Metode Alternatif Memahami Al-Quran, Bi Azar Syirazi
Manusia Seutuhnya, Murtadha Muthahhari
Polemik Sunnah-Syiah Sebuah Rekayasa, Izzudddin Ibrahim
Pesan Terakhir Rasul, Non Mentioned
Pengantar Menuju Logika, Murtadha Muthahhari
Shalat Dalam Madzhab AhlulBait, Hidayatullah Husein Al-Habsyi

Rosdakarya Catatan Kang Jalal, Jalaluddin Rakhmat
Derita Putri-Putri Nabi, M. Hasyim Assegaf
Fatimah Az Zahra, Jalaluddin Rakhmat
Khalifah Ali Bin Abi Thalib, Jalaluddin Rakhmat
Meraih Cinta Ilahi, Jalaluddin Rakhmat
Rintihan Suci Ahlul Bait Nabi, Jalaluddin Rakhmat
Tafsir Al fatihah: Mukaddimah, Jalaluddin Rakhmat
Tafsir Bil Ma?tsur, Jalaluddin Rakhmat
Zainab Al-Qubra, Jalaluddin Rakhmat

Al-Hadi Al-Milal wan-Nihal, Ja?far Subhani
Buku Panduan Menuju Alam Barzakh, Imam Khomeini
Fiqh Praktis, Hasan Musawa

CV
Firdaus Al-Quran Menjawab Dilema keadilan, Muhsin Qira?ati
Imamah Dan Khalifah, Murtadha Muthahhari
Keadilan Allah Qadha dan Qadhar, Mujtaba Musawi Lari
Kemerdekaan Wanita dalam Keadilan Sosial Islam, Hashemi Rafsanjani(et. al)
Pendidikan Anak: Sejak Dini Hingga Masa Depan, Mahjubah Magazine
Tafsir Al Mizan: Ayat-ayat Kepemimpinan, S.M.H. Thabathaba?i
Tafsir Al-Mizan: Surat Al-Fatihah, S.M.H. Thabathaba?i
Tafsir Al-Mizan: Ruh dan Alam Barzakh, S.M.H. Thabathaba?i
Tauhid: Pandangan Dunia Alam Semesta, Muhsin Qara?ati
Al-Qur?an Menjawab Dilema Keadilan, Muhsin Qara?ati

Pustaka Firdaus Saat Untuk Bicara, Sa?di Syirazi
Tasawuf: Dulu dan Sekarang, Seyyed Hossein Nasr

Risalah
Masa Akar Keimanan, Sayyid Ali Khamene?i
Dasar-Dasar Filsafat Islam[2], Bahesty & Bahonar
Hikmah Sejarah-Wahyu dan Kenabian [3], Bahesty & Bahonar
Kebebasan berpikir dan Berpendapat dalam Islam, Murtadha Muthahhari
Menghapus Jurang Pemisah Menjawab Buku al Khatib, Al Allamah As Shafi
Pedoman Tafsir Modern, Ayatullah Baqir Shadr
Kritik Terhadap Materialisme, Murtadha Muthahhari
Prinsip-Prinsip Islam [1], Bahesty & Bahonar
Syi?ah Asal-Usul dan Prinsip Dasarnya, Sayyid Muh. Kasyful Ghita
Tauhid Pembebas Mustadh?afin, Sayyid Ali Khamene?i
Tuntunan Puasa, Al-Balagha
Wanita di Mata dan Hati Rasulullah, Ali Syari?ati
Wali Faqih: Ulama Pewaris Kenabian,

Qonaah Pendekatan
Sunnah Syi?ah, Salim Al-Bahansawiy

Bina Tauhid Memahami Al Qur?an, Murthadha Muthahhari
Mahdi Tafsir Al-Mizan: Mut?ah, S.M.H. Thabathabai
Ihsan Pandangan Islam Tentang Damai-Paksaan, Muhammad Ali Taskhiri
Al-Kautsar Agar Tidak Terjadi Fitnah, Husein Al Habsyi
Dasar-Dassar Hukum Islam, Muhsin Labib
Nabi Bermuka Manis Tidak Bermuka Masam, Husein Al Habsyi
Sunnah Syi?ah Dalam Ukhuwah Islamiyah, Husain Al Habsyi
60 Hadis Keutamaan Ahlul Bait, Jalaluddin Suyuti

Al-Baqir 560 Hadis Dari Manusia Suci, Fathi Guven
Asyura Dalam Perspektif Islam, Abdul Wahab Al-Kasyi
Al Husein Merajut Shara Karbala, Muhsin Labib
Badai Pembalasan, Muhsin Labib
Darah Yang Mengalahkan Pedang, Muhsin Labib
Dewi-Dewi Sahara, Muhsin Labib
Membela Para Nabi, Ja?far Subhani
Suksesi, M Baqir Shadr
Tafsir Nur Tsaqalain, Ali Umar Al-Habsyi

Al-Bayan Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami Istri, Ibrahim Amini
Mengarungi Samudra Kebahagiaan, Said Ahtar Radhawi
Teladan Suci Kelurga Nabi, Muhammad Ali Shabban

As-Sajjad Bersama Orang-orang yang Benar, Muh At Tijani
Imamah, Ayatullah Nasir Makarim Syirazi
Ishmah Keterpeliharaan Nabi Dari Dosa, Syaikh Ja?far Subhani
Jihad Akbar, Imam Khomeini
Kemelut Kepemimpinan, Ayatullah Muhammad Baqir Shadr
Kasyful Asrar Khomeini, Dr. Ibrahim Ad-Dasuki Syata
Menjawab Berbagai Tuduhan Terhadap Islam, Husin Alhabsyi
Nabi Tersihir, Ali Umar
Nikah Mut?ah Ja?far, Murtadha Al Amili
Nikah Mut;ah Antara Halal dan Haram, Amir Muhammad Al-Quzwainy
Surat-Surat Revolusi, AB Shirazi

Basrie
Press Ali Bin Abi Thalib di Hadapan Kawan dan Lawan, Murtadha Muthahhari
Manusia Dan Takdirnya, Murtadha Muthahhari
Fiqh Lima Mazhab, Muhammad Jawad Mughniyah

Pintu Ilmu Siapa,
Mengapa Ahlul Bayt, Jamia?ah Al-Ta?limat Al-Islamiyah Pakistan
Ulsa Press Mengenal Allah, Sayyid MR Musawi Lari
Islam Dan Nasionalisme, Muhammad Naqawi
Latar Belakang Persatuan Islam, Masih Muhajeri
Tragedi Mekkah Dan Masa Depan Al-Haramain, Zafar Bangash
Abu Dzar, Ali Syari?ati
Aqidah Syi?ah Imamiyah, Syekh Muhammad Ridha Al Muzhaffar
Syahadat Bangkit Bersaksi, Ali Syari?ati

Gua Hira Kepemimpinan
Islam, Murtadha Muthahhari

Grafiti Islam Syi?ah: Allamah M.H. Thabathaba?i
Pengalaman Terakhir Syah, William Shawcross
Tugas Cendikiawan Muslim, Ali Syaria?ti

Effar
Offset Dialog Pembahasan Kembali Antara Sunnah & Syi?ah Sulaim Al-Basyari & Syaraduddien Al ?Amili
Shalahuddin
Press Fatimah Citra Muslimah Sejati, Ali Syari?ati
Gerbang Kebangkitan, Kalim Siddiqui
Islam Konsep Akhlak Pergerakan, Murtadha Muthahhari
Panji Syahadah, Ali Syari?ati.
Peranan Cendekiawan Muslim, Ali Syari?ati

Ats-Tsaqalain Sunnah
Syi?ah dalam Dialog, Husein Al Habsyi
Pustaka Kehidupan
Yang Kekal, Morteza Muthahari
Darut
Taqrib Rujuk
Sunnah Syi?ah, M Hashem
Al-Muntazhar Fiqh Praktis Syi?ah Imam Khomeini, Araki, Gulfaigani, Khui
Ringkasan Logika Muslim, Hasan Abu Ammar
Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem
Tauhid: Rasionalisme Dan Pemikiran dalam Islam, Hasan Abu Ammar

Gramedia Biografi
Politik Imam Khomeini, Riza Sihbudi
Toha
Putra Keutamaan
Keluarga Rasulullah, Abdullah Bin Nuh
Gerbang
Ilmu Tafsir
Al-Amtsal (Jilid 1), Nasir Makarim Syirazi
Al-Jawad Amalan Bulan Ramadhan Husein Al-Kaff
Mi?raj Ruhani [1], Imam Khomeini
Mi?raj Ruhani [2] Imam Khomeni
Mereka Bertanya Ali Menjawab, M Ridha Al-Hakimi
Pesan Sang Imam, Sandy Allison (penyusun)
Puasa dan Zakat Fitrah Imam Khomeini & Imam Ali Khamene?i

Jami?ah al-Ta?limat al-Islamiyah Tuntutan Hukum Syari?at, Imam Abdul Qasim
Sinar
Harapan Iran Pasca Revolusi, Syafiq Basri
Perang Iran Perang Irak, Nasir Tamara
Revolusi Iran, Nasir Tamara

Mulla
Shadra Taman Para Malaikat, Husain Madhahiri
Imam Mahdi Menurut Ahlul Sunnah Wal Jama?ah, Hasan Abu Ammar

Duta Ilmu Wasiat Imam Ali, Non Mentioned
Menuju Pemerintah Ideal, Non Mentioned

Majlis Ta?lim Amben 114 Hadis Tanaman, Al Syeikh Radhiyuddien
Grafikatama
Jaya Tipologi Ali Syari?ati
Nirmala Menyingkap Rahasia Haji, Syeikh Jawadi Amuli
Hisab Abu
Thalib dalam Polemik, Abu Bakar Hasan Ahmad
Ananda Tentang Sosiologi Islam, Ali Syari?ati
Iqra Islam dalam Perspektif Sosiologi Agama, Ali Shari?ati
Fitrah Tuhan dalam Pandangan Muslim, S Akhtar Rizvi
Lentera
Antarnusa Sa?di Bustan, Sa?di
Pesona Membaca Ali Bersama Ali Bin Abi Thalib, Gh R Layeqi
Rajawali
Press Tugas Cendekiawan Muslim, Ali Shari?ati

Bina
Ilmu Demonstran Iran dan Jum?at Berdarah di Makkah, HM Baharun
Pustaka
Pelita 1. Akhirnya Kutemukan Kebenaran, Muh Al Tijani Al Samawi
Cara Memperoleh Haji Mabrur, Husein Shahab
Fathimah Az-Zahra: Ummu Abiha, Taufik Abu ?Alama
Pesan Terakhir Nabi, Non Mentioned

Pustaka Etika Seksual dalam Islam, Morteza Muthahhari
Filsafat Shadra, Fazlur Rahman
Haji, Ali Syari?ati
Islam dan Nestapa Manusia Modern, Seyyed Hosein Nasr
Islam Tradisi Seyyed, Hosein Nasr
Manusia Masa Kini Dan Problem Sosial, Muhammad Baqir Shadr
Reaksi Sunni-Syi?ah, Hamid Enayat
Surat-Surat Politik Imam Ali, Syarif Ar Radhi
Sains dan Peradaban dalam Islam, Sayyed Hossein Nasr

Pustaka Jaya Membina Kerukunan Muslimin, Sayyid Murthadha al-Ridlawi
Islamic Center Al-Huda Jurnal Al Huda (1)
Jurnal Al Huda (2)
Syiah Ditolak, Syiah Dicari, O. Hashem
Mutiara Akhlak Nabi, Syaikh Ja?far Hadi

Hudan
Press Tafsir Surah Yasin, Husain Mazhahiri
Do?a-Do;a Imam Ali Zainal Abidin

Yayasan Safinatun Najah 1. Manakah Jalan Yang Lurus (1), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
Manakah Jalan Yang Lurus (2), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
Manakah Jalan Yang Lurus (3), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan
Manakah Shalat Yang Benar (1), Al-Ustads Moh. Sulaiman Marzuqi Ridwan

Amanah Press Falsafah Pergerakan Islam, Murtadha Muthahhari
Yayasan Al-Salafiyyah Khadijah Al-Kubra Dalam Studi Kritis Komparatif, Drs. Ali S. Karaeng Putra
Kelompok
Studi Topika Hud-Hud
Rahmaniyyah, Dimitri Mahayana
Muthahhari
Press/Muthahhari Papaerbacks Jurnal Al Hikmah (1)
Jurnal Al Hikmah (2)
Jurnal Al Hikmah (3)
Jurnal Al Hikmah (4)
Jurnal Al Hikmah (5)
Jurnal Al Hikmah (6)
Jurnal Al Hikmah (7)
Jurnal Al Hikmah (8)
Jurnal Al Hikmah (9)
Jurnal Al Hikmah (10)
Jurnal Al Hikmah (11)
Jurnal Al Hikmah (12)
Jurnal Al Hikmah (13)
Jurnal Al Hikmah (14)
Jurnal Al Hikmah (15)
Jurnal Al Hikmah (16)
Jurnal Al Hikmah (17)
Shahifah Sajjadiyyah, Jalaluddin Rakhmat (penyunting)
Manusia dan Takdirnya, Murtadha Muthahhari
Abu Dzar, Ali Syariati
Pemimpin Mustadha?afin, Ali Syariati

Serambi Jantung Al-Qur?an, Syeikh Fadlullah Haeri
Pelita Al-Qur?an, Syeikh Fadlullah Haeri

Cahaya Membangun
Surga Dalam Rumah Tangga, Huzain Mazhahiri
(Non Mentioned) Sekilas Pandang Tentang Pembantain di Masjid Haram, Non Mentioned
Jumat Berdarah Pembantaian Kimia Rakyat Halajba 1988, Non Mentioned
Al-Quran dalam Islam, MH Thabathabai
Ajaran-Ajaran Asas Islam, Behesti
Wacana Spiritual, Tabligh Islam Program
Keutamaan Membaca Juz Amma, Taufik Yahya
Keutamaan Membaca Surah Yasin, Waqiah, Al Mulk, Taufik Yahya
Keutamaan Membaca Surah Al-Isra & Al-Kahfi, Taufik Yahya
Bunga Rampai Keimanan, Taufik Yahya
Bunga Rampai Kehidupan Sosial, Taufik Yahya
Bunga Rampai Pendidikan, Husein Al-Habsyi
Hikmah-Hikmah Sholawat ,Taufik Yahya
Bunga Rampai Pernikahan, Taufik Yahya
Hikmah-Hikmah Puasa, Taufik Yahya
Hikmah-Hikmah Kematian, Taufik Yahya
Wirid Harian, Non Mentioned
Do?a Kumay,l Non Mentioned
Do?a Harian, Non Mentioned
Do?a Shobah, Non Mentioned
Do?a Jausyan Kabir, Non Mentioned
Keutamaan Shalat Malam Dan Do?anya, Non Mentioned
Do?a Nutbah, Non Mentioned
Do?a Abu Hamzah Atsimali, Non Mentioned
Do?a Hari Arafah (Imam Husain), Non Mentioned
Do?a Hari Arafah (Imam Sajjad), Non Mentioned
Do?a Tawassul, Non Mentioned
Do?a Untuk Ayah dan Ibu, Non Mentioned
Do?a Untuk Anak, Non Mentioned
Do?a Khatam Qur?an, Non Mentioned
Doa Sebelum dan Sesudah Baca Qur?an, Non Mentioned
Amalan Bulan Sya?ban dan Munajat Sya?baniyah, Non Mentioned



Sumber;

Pertamanya tulisan ini (daftar buku) saya dapat dari forum myquran, setalh dicari linknya ada kebebera web pribadi
http://tumpah.blogsome.com/2005/05/06/awas-buku-syiah/
http://basweidan.wordpress.com/2010/06/27/awas-buku-beracun-di-sekitar-anda/

http://widiy.blogspot.com/
Baca selengkapnya

07 Mei, 2010

04 Mei, 2010

HUKUM AL-‘AZL (MENGELUARKAN MANI DI LUAR VAGINA)??

HUKUM AL-‘AZL (MENGELUARKAN MANI DI LUAR VAGINA)??


Oleh Syaikh Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq

Mengenai masalah ‘Azl ada dua pendapat masyhur dari para ulama, yaitu:
  • Azl Itu Dibolehkan. Ia boleh mengeluarkan air maninya di luar (kemaluan) isterinya.
Arti ‘azl ialah mencabut setelah memasukkan (kemaluannya) untuk mengeluarkan mani di luar vagina. [1]
Mengenai hal ini terdapat sejumlah hadits, di antaranya:
Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Jabir, ia menuturkan: “Kami ber’azl pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [2]
Kedua, apa yang diriwayatkan oleh al-Bukhari juga dari Jabir, ia mengatakan: “Kami ber’azl pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan (ayat-ayat) al-Qur’an (masih) turun.” [3]
Ketiga, hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Sa’id al-Khudri, ia mengatakan: “Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu mengatakan: ‘Aku mempunyai sahaya wanita, dan aku biasa melakukan ‘azl darinya, sedangkan aku menginginkan sesuatu seperti yang diinginkan laki-laki. Kaum Yahudi mengklaim bahwa ‘azl adalah penguburan kecil terhadap bayi hidup-hidup.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Artinya : Kaum Yahudi berdusta. Seandainya Allah berkehendak untuk menciptakannya, maka tidak mampu menolaknya.’” [4]
Keempat, hadits yang diriwayatkan Muslim dalam Shahihnya dari Jabir bahwa seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya mengatakan, “Aku mempunyai sahaya wanita, dia pelayan kami dan yang menyirami pohon kurma kami. Aku biasa menggaulinya, dan aku tidak suka jika dia hamil.” Maka, beliau menjawab: “Ber-’azllah darinya, jika engkau suka. Sebab, akan datang kepadanya apa yang telah ditentukan baginya.” Orang ini pun melakukannya. Beberapa waktu kemudian, dia datang kepada beliau seraya mengatakan: “Sahaya wanitaku telah hamil.” Beliau mengatakan: “Aku telah mengabarkan kepadamu bahwa akan datang kepadanya apa yang telah ditentukan baginya.” [5]
Kelima, Muslim meriwayatkan dari Jabir, dia mengatakan: “Kami ber’azl pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu hal itu sampai (terdengar) kepada Nabi Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau tidak melarang kami.” [6]


  • Yang Terbaik Adalah Tidak Melakukannya. [7]
Benar, dalam hadits-hadits yang terdahulu terkesan bahwa ‘azl dibolehkan, tetapi di sana terdapat hadits-hadits lainnya yang menunjukkan bahwa tidak ber’azl adalah lebih baik, di antaranya

Pertama, menyelisihi perintah beliau yang tegas agar memperbanyak anak dan keturunan, sebagaimana dalam sabdanya.“Artinya : Nikahilah wanita yang belas kasih dan subur (banyak anak), sebab aku akan membangga-banggakan jumlah kalian pada umat-umat lainnya.”[8]

Kedua, jika sekiranya wanita tidak mengizinkan hal itu, maka hal ini memberikan kerugian padanya, yaitu tidak mendapatkan kenikmatan pada saat bersenggama.

Ketiga, jika dia ber’azl karena takut mengandung, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sllam menyerupakan hal itu sebagai (penguburan tesembunyi terhadap bayi). [9] Al-Baihaqi mengatakan: “Larangan ini bersifat tanzih (makruh).” [10]
Tidak ada kontradiksi antara hadits ini dengan hadits Abu Sa’id terdahulu. Al-Hafizh telah mengkompromikan kedua hadits tersebut dalam al-Fat’h dengan pernyataannya: “Para ulama telah mengkompromikan antara pendustaan terhadap kaum Yahudi dalam pernyataan mereka: ‘Penguburan kecil bayi hidup-hidup’ dengan penetapan adanya ‘Penguburan tersembunyi terhadap bayi’ dalam hadits Judzamah. Yaitu, bahwa pernyataan mereka: ‘Penguburan kecil bayi hidup-hidup’ mengandung arti bahwa itu adalah penguburan bayi hidup-hidup secara nyata, tetapi itu kecil bila dibandingkan dengan mengubur bayi setelah dilahirkan dalam keadaan hidup. Ini tidak bertentangan dengan sabda beliau:

“Artinya ; Sesungguhnya ‘azl adalah penguburan bayi secara tersembunyi.”
Sebab, hadits ini menunjukkan bahwa masalah ini tidak dalam hukum zhahir pada asalnya. Oleh karenanya tidak berlaku ketetapan hukum atasnya, tetapi hanya dinilai sebagai penguburan hidup-hidup dari aspek kesamaan keduanya dalam hal memutuskan kelahiran. [11]

Keempat, apa yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Sa’id al-Khudri, ia mengatakan: “Kami mendapatkan tawanan wanita, lalu kami melakukan ‘azl, kemudian kami bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menjawab
“Artinya : Apakah kalian benar-benar melakukannya? -beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. Tidak ada satu jiwa pun yang ada hingga hari Kiamat melainkan dia tetap ada.” [12]

Mengenai syarah hadits ini, al-Hafizh berkata dalam al-Fath: “Riwayat Mujahid berikut ini dalam kitab at-Tauhiid disampaikan secara mu’allaq, tetapi disambungkan oleh Muslim dan selainnya, tentang disebutkannya ‘azl kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: ‘Mengapa salah seorang dari kalian melakukan demikian?’ Beliau tidak menyatakan: ‘Jangan lakukan demikian.’ Ini mengisyaratkan bahwa beliau tidak melarang secara tegas kepada mereka, tetapi hanya mengisyaratkan bahwa yang terbaik adalah tidak melakukannya. Karena ‘azl dilakukan hanyalah karena khawatir memperoleh anak, padahal perbuatan ini tidak ada gunanya. Karena jika Allah telah menciptakan anak, maka ‘azl tidak dapat menghalangi-nya. Adakalanya ‘air’ lebih dulu masuk dan tidak disadari oleh orang yang melakukan ‘azl, sehingga terbentuklah segumpal darah lalu menjadi janin. [13]

Demikianlah, dan tiga madzhab bersepakat bahwa suami tidak boleh melakukan ‘azl terhadap isterinya (yang merdeka, bukan hamba sahaya) kecuali dengan seizinnya. Sedangkan terhadap hamba sahaya boleh melakukan ‘azl terhadapnya tanpa seizinnya. [14]

Telah shahih dari Ibnu ‘Abbas dengan sanad yang shahih, bahwa dia mengatakan: “Wanita merdeka diminta izinnya untuk melakukan ‘azl dan hamba sahaya tidak diminta izinnya.” [15]

Syaikh al-Albani mengomentari hadits-hadits dan pendapat-pendapat tersebut: “Menurut saya, isyarat ini hanyalah dengan memperhatikan ‘azl yang dikenal pada waktu itu. Adapun pada masa sekarang telah ditemukan sejumlah sarana yang dengannya seorang pria dapat mencegah air mani masuk ke dalam rahim isterinya secara pasti. Jadi, ketika itu hadits ini dan yang semakna dengannya tidak mensinyalirnya, bahkan yang mensinyalirnya adalah apa yang disebutkan dalam dua perkara terdahulu -yaitu hadits tentang penguburan tersembunyi dan menyelisihi perintah agar memperbanyak keturunan-. Oleh karena itu, camkanlah!

Yang pasti, hal yang makruh menurut saya, -bila tidak diiringi kedua perkara tadi atau salah satunya- adalah hal lain, yakni yang merupakan tujuan kaum kafir dalam melakukan ‘azl. Misalnya, takut miskin karena banyak anak, atau berat untuk memberi nafkah dan mendidik mereka. Dalam keadaan demikian, maka yang makruh terangkat menjadi haram, karena niat orang yang melakukan ‘azl bertemu dengan kaum kafir yang membunuh anak-anak mereka karena takut miskin dan fakir. Lain halnya bila wanita (isteri) sedang sakit… [16]
[Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Penulis Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu, Penerbit Pustaka Ibnu Katsair]
_________
Foote Note
[1]. Fathul Baari (IX/305).
[2]. HR. Al-Bukhari (no. 5207) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1440) kitab an-Nikaah.
[3]. HR. Al-Bukhari (no. 5209) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1440) kitab an-Nikaah.
[4]. HR. At-Tirmidzi (no. 1136), Abu Dawud (no. 2173) kitab an-Nikaah, Ahmad (no. 11110), dengan sanad yang shahih.
[5]. HR. Muslim (no. 1439) kitab an-Nikaah, Abu Dawud (no. 2173) kitab an-Nikaah, Ibnu Majah (no. 89), kitab al-Muqaddimah, Ahmad (no. 13936)
[6]. Telah ditakhrij sebelumnya.
[7]. Ini pendapat al-Hafizh dalam Fat-hul Baari (IX/306).
[8]. HR. An-Nasa-i (no. 3227) kitab an-Nikaah, Abu Dawud (no. 2050) kitab an-Nikaah, Ibnu Majah (no. 1846) kitab an-Nikaah, Ahmad (no. 12202), dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil (no. 1811).
[9]. HR. Muslim (no. 1442) kitab an-Nikaah, Ibnu Majah (no. 2011) kitab an-Nikaah, Ahmad (no. 26496).
[10]. Disebutkan al-Hafizh dalam al-Fat-h (IX/309).
[11]. Fat-hul Baari (IX/309).
[12]. HR. Al-Bukhari (no. 5210) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1438) kitab an-Nikaah, at-Tirmidzi (no. 1138) kitab an-Nikaah, Ibnu Majah (no. 1926) kitab an-Nikaah.
[13]. Dinyatakan al-Hafizh dalam al-Fat-h (IX/307).
[14]. Dinyatakan al-Hafizh dalam al-Fat-h (IX/308).
[15]. Ibid.
[16]. Aadaabuz Zifaaf, Syaikh al-Albani (hal. 136).
Sumber: www.almanhaj.or.id



http://widiy.blogspot.com/
Baca selengkapnya
Diberdayakan oleh Blogger.