Majalah As-Sunnah Edisi 05 Tahun XII 1429H-2008M
Apa benar semua agama sama? Menuntun kepada kebenaran yang hakiki? Pembenaran terhadap pertanyaan ini berlawanan dengan logika yang sehat, perasaan, dan fitrah yang lurus, apalagi jika pertanyaan ini diarahkan kepada syariat Islam yang mulia.
Bagaimana mungkin agama yang sudah terintervensi tangan-tangan jahat manusia disamakan dengan Islam yang kokoh berdiri di atas sumbernya dan terjaga keasliannnya? Bagaimana mungkin Islam disejajarkan dengan agama hasil racikan tangan-tangan manusia yang sarat kelemahan dari segenap sisinya, meskipun datang dari intelektualisme yang tinggi? Jawabannya tanpa keraguan, sama sekali tidak!
Anehnya, penjaja yang getol menyuarakan paham semua agama itu sama, adalah sekelompok orang yang berinisial muslim. Dengan dukungan sejumlah media massa, pemikiran sesat ini kian menyuburkan benihbenih liar pemikiran liberalisme di sebagian generasi Islam. Lebih memprihatinkan lagi, ketika pemikiran itu tampak subur di kantong-kantong perguruan tinggi Islam, yang sejatinya diharapkan menjadi penyangga umat dan menjaga konsistensi dengan nilai-nilai keislaman, utamanya dalam beraqidah. Yang diantaranya hanya mengakui Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Rabbul ‘ibâd (Dzat yang berhak diibadahi oleh semua makhluk) dan menegaskan kelemahan sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka tak berlebihan, bila kemudian para pengusung pemikiran pluralisme pantas menyandang predikat sebagai muslim tak beridentitas. Ataukah memang mereka sedang mengalami krisis identitas?
Di ranah kita, gerakan Islam Liberal yang tidak hanya digawangi oleh Jaringan Islam Liberal (JIL), mereka telah berhasil mengikis dan mendangkalkan aqidah umat. Umat Islam “dipaksa” oleh mereka untuk menghormati agamaagama lain, salah satunya dengan dalih kebhinekaan (pluralisme) dan atas nama toleransi beragama. Sementara itu, penganut agama lain tidak mereka perlakukan seperti ini. Hingga tanpa disadari, hakikatnya mereka telah menanam saham yang menguntungkan kaum kuffar dalam usaha menjauhkan umat Islam dari aqidah shahihah.
Menjadi peringatan bagi kita, bahwa dalam aspek aqidah (tauhid), hanya Al-Qur‘ân dan Hadits sajalah yang menjadi sumber. Tidak ada sumber ketiga lainnya. Oleh karena itu, kaum muslimin jangan terkecoh dengan propaganda atau syubhat-syubhat apapun dalam ushuluddin (pokok-pokok agama). Al-Qur‘ân dan Hadits telah menetapkan bahwa agama di luar Islam penuh keganjilan, kezhaliman, kepincangan, dan kelemahan lainnya. Tiada kesempurnaan pada selain Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya:
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (Qs. az-Zukhruf/43 : 43).
Ketidakpatuhan kepada wahyu Ilahi, hanya akan berbuah kepahitan, kesesatan dan kenistaan. Saat itulah hawa nafsu dipertuhankan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).
Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (Qs. al-Qashash/28:50).
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa menetapkan hidayah Islam pada kalbu kita dan menjauhkan ideologi-idelogi menyimpang yang dapat menggelincirkan kita. (Mereka berdoa),
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. (Qs. Ali Imrân/3: 8).
http://bukhari.or.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=139:liberalisme-dalam-islam&catid=26&Itemid=379
Apa benar semua agama sama? Menuntun kepada kebenaran yang hakiki? Pembenaran terhadap pertanyaan ini berlawanan dengan logika yang sehat, perasaan, dan fitrah yang lurus, apalagi jika pertanyaan ini diarahkan kepada syariat Islam yang mulia.
Bagaimana mungkin agama yang sudah terintervensi tangan-tangan jahat manusia disamakan dengan Islam yang kokoh berdiri di atas sumbernya dan terjaga keasliannnya? Bagaimana mungkin Islam disejajarkan dengan agama hasil racikan tangan-tangan manusia yang sarat kelemahan dari segenap sisinya, meskipun datang dari intelektualisme yang tinggi? Jawabannya tanpa keraguan, sama sekali tidak!
Anehnya, penjaja yang getol menyuarakan paham semua agama itu sama, adalah sekelompok orang yang berinisial muslim. Dengan dukungan sejumlah media massa, pemikiran sesat ini kian menyuburkan benihbenih liar pemikiran liberalisme di sebagian generasi Islam. Lebih memprihatinkan lagi, ketika pemikiran itu tampak subur di kantong-kantong perguruan tinggi Islam, yang sejatinya diharapkan menjadi penyangga umat dan menjaga konsistensi dengan nilai-nilai keislaman, utamanya dalam beraqidah. Yang diantaranya hanya mengakui Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Rabbul ‘ibâd (Dzat yang berhak diibadahi oleh semua makhluk) dan menegaskan kelemahan sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka tak berlebihan, bila kemudian para pengusung pemikiran pluralisme pantas menyandang predikat sebagai muslim tak beridentitas. Ataukah memang mereka sedang mengalami krisis identitas?
Di ranah kita, gerakan Islam Liberal yang tidak hanya digawangi oleh Jaringan Islam Liberal (JIL), mereka telah berhasil mengikis dan mendangkalkan aqidah umat. Umat Islam “dipaksa” oleh mereka untuk menghormati agamaagama lain, salah satunya dengan dalih kebhinekaan (pluralisme) dan atas nama toleransi beragama. Sementara itu, penganut agama lain tidak mereka perlakukan seperti ini. Hingga tanpa disadari, hakikatnya mereka telah menanam saham yang menguntungkan kaum kuffar dalam usaha menjauhkan umat Islam dari aqidah shahihah.
Menjadi peringatan bagi kita, bahwa dalam aspek aqidah (tauhid), hanya Al-Qur‘ân dan Hadits sajalah yang menjadi sumber. Tidak ada sumber ketiga lainnya. Oleh karena itu, kaum muslimin jangan terkecoh dengan propaganda atau syubhat-syubhat apapun dalam ushuluddin (pokok-pokok agama). Al-Qur‘ân dan Hadits telah menetapkan bahwa agama di luar Islam penuh keganjilan, kezhaliman, kepincangan, dan kelemahan lainnya. Tiada kesempurnaan pada selain Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya:
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (Qs. az-Zukhruf/43 : 43).
Ketidakpatuhan kepada wahyu Ilahi, hanya akan berbuah kepahitan, kesesatan dan kenistaan. Saat itulah hawa nafsu dipertuhankan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).
Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (Qs. al-Qashash/28:50).
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa menetapkan hidayah Islam pada kalbu kita dan menjauhkan ideologi-idelogi menyimpang yang dapat menggelincirkan kita. (Mereka berdoa),
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. (Qs. Ali Imrân/3: 8).
http://bukhari.or.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=139:liberalisme-dalam-islam&catid=26&Itemid=379
Bagikan
Liberalisme dalam Islam
4
/
5
Oleh
Unknown