02 September, 2008

Kedudukan Doa Malaikat JIbril shahihkan ?

Do'a malaikat Jibril menjelang Ramadhan "Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut: * Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); * Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami isteri; * Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapatkah kita bayangkan, yang berdo'a adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah Rasullullah dan para sahabat , dan dilakukan pada hari Jumaat. Oleh itu SAYA TERLEBIH DAHULU MEMOHON MAAF jika saya ada berbuat kesalahan, baik yang tidak di sengaja maupun yang di sengaja , semoga kita dapat menjalani ibadah puasa dengan Ridho Allah SWT. Aminnn.....


sering sekali pesan ini tersampaikan ke pada kita,,,
baik menurut kita bukan ukuran mutlak dalam islam, apalagi menyandarkan sesuatu kepada allah dan rasulnya. pertama melihat dan mendengar doa tersebut maka sepintas itu adalah kebaikan yang begitu layak untuk disebartkan namun dalam islam tidak hanya sampai pada hal baik saja. kemudian saya tanyakan kepada orang yang lebih mengetahui tentang hal itu, dan jawaban yang cukup mencengankan bahwa hadits tersebut dhoif..

berikut adalah beberapa penjelasan yang saya dapatkan

Rabu 12 September 2007

Tidak disyariatkan berma'af-ma'afan menyambut bulan Ramadhan

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Sering kita mendengar dan mungkin melakukan kegiatan rutin yang dilakukan sebelum bulan Ramdhan adalah saling berma'afan satu dengan yang lain. Yang secara dalil di sandarkan kepada hadist berikut.
Doa Malaikat jibril Menjelang Ramadhan:

"Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad, apabila sebelum memasuki
bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

* Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika
masih ada);

* Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;

* Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya."

Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapat kita
bayangkan, yang berdoa adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah
Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jumaat.

Hadits tersebut dha'if dan munkar karena menyelisihi hadits yang shahih sebagai berikut:
"Artinya: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin".
Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?"
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata:

'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!'
maka kukatakan, 'Amin', kemudian Jibril berkata lagi,

'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!'
, maka aku berkata: 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi.

'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin".

[Hadits Riwayat al-Bazzar dalam Majma'uz Zawaid 10/1675-166, al-Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]

Saling berma'afan sebelum Puasa Ramadhon termasuk perkara baru dalam agama ini (bid'ah). Dan kita tahu semua perkara yang baru dan diada-adakan adalah sesat dan tempatnya dineraka. Bid'ah dalam terminologi syari'at adalah setiap ibadah yang diada-adakan oleh manusia tapi tidak ada asalnya dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah, demikian ini berdasarkan sabda Rasulullah

"Artinya : Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak"[Disepakati keshahihannya: Al-Bukhari dalam Ash-Shulh (2697). Muslim dalam Al-Aqdhiyah (1718)]

Dan sabda beliau.

"Artinya : Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan maka ia tertolak"[Al-Bukhari menganggapnya mu'allaq dalam Al-Buyu' dan Al-I'tisham. Disambungkan oleh Muslim dalam Al-Aqdhiyah (18-1718)]

Kemudian sabda Rasul lainnya.

"Artinya : Hendaklah kalian menjauhi perkara-perkara baru yang diada-adakan, karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid 'ah, setiap bid 'ah itu sesat, dan setiap yang sesat itu (tempatnya) di neraka" [HR. Abu Dawud dalam As-Sunnah (4607). Ibnu Majjah dalam Al-Muqaddimah (42). Tambahan “dan yang setiap yang sesat itu (tempatnya di neraka)” pada riwayat An-Nasa’I dalam Al-Idain (1578)].

Penekanan hadist diatas tidak dikhususkan pada berma'afan sebelum berpuasa Ramadhan tetapi memberikan penekanan kepada tiga perkara yang semuanya sangat penting dan akan celaka bagi orang yang tidak melakukannya yaitu, celaka bagi yang tidak bersalawat kepada nabi, celaka bagi yang tidak melaksanakan kewajiban di bulan Ramadhan dan celaka bagi orang yang tidak berbakti kepada orang tuanya (Birrul Walidain).

Maka tradisi berma'afan sebelum Ramadhan tidak ada tuntunannya dari Rasulullah dan para Sahabatnya.
Untuk itu bagi kita yang sudah mengetahuinya tinggalkanlah perkara-perkara baru dalam agama yang hanya akan membawa kita kepada kesesatan dan neraka.

Wallahualam

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Arief mengatakan...

Bukankah kita juga mengenal dengan bid'ah hasanah? Sehingga walaupun ada ibadah yang tidak diajarkan pada jaman rosulullah tetapi terdapat banyak kebaikan di dalamnya, dapat kita lakukan

ferdigi mengatakan...

Semoga Allah merahmati antum

Banyak para awam tergelincir pada masalah ini, karena tidak memahami ilmu ushulul bid'ah mereka dengan mudah mengatakan suatu hal yang baik yang tidak ada ajarannya dari Rosul adalah bid'ah hasanah. Cara seperti ini bathil karena setiap tata cara ibadah butuh dalil yang shohih atau hasan,dan Rosul memerintahkan untuk menjauhi segala macam bid'ah.
Adapun istilah bid'ah hasanah adalah datangnya dari kholifah Umar sewaktu mengumpulkan jama'ah untuk sholat tarawih berjama'ah dari pada sholat sendiri di rumah. Umar pun juga mendapatkan persetujuan dari para sahabat nabi yang lainnya yaitu para Salafushalih. Riwayat umar tidak boleh menjadi dalil yang dipakai disetiap keadaan ibadah yang baru dan dibuat-buat.
Untuk lebih mengetahui ilmu ushulul bid'ah antum bisa mempelajari di kitab Ushulul bid'ah karya Syaikh Ali Hasan Al Halaby hafizhahullah, atau dengan singkat membaca tulisan Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan http://www.almanhaj.or.id/content/439/slash/0

Semoga kita selalu dalam petunjuknya...


http://ferdigi.blogspot.com/2007/09/tidak-disyariatkan-bermaaf-maafan.html



Kalau perkaranya demikian, maka ada 2 hal penting:

. Tidak boleh menyandarkan ucapan kepada Nabi saw yang bukan
dari
Nabi, karena itu berarti berdusta atas Nabi saw.

Nabi saw bersabda


"Barang siapa berdusta dengan sengaja atas namaku maka hendaknya
ia menempati tempat duduknya di Neraka”. [Hadits shahih mutawatir]

2. Dalam kaidah fikiyah dikatakan, "Hukum asal ibadah adalah haram,
kecuali ada dalilnya yang memerintahkannya"

Kita katakan bahwa shalat subuh 3 rakaat adalah haram karena tidak
ada
dalilnya subuh 3 rakaat.

Kita katakan bahwa shalat dengan bahasa Indonesia adalah haram
karena tidak ada dalil shalat dengan selain bahasa arab.

Maka kita katakan bahwa maaf-maafan menjelang ramadhan dengan
meyakini itu adalah bagian dari agama merupakan perbuatan *bid'ah*
karena tidak ada dalilnya.

Bagi yang berpendapat bahwa maaf-maafan menjelang bulan
ramadhan
merupakan ajaran Islam, harus membawakan dalil yang shahih



Bagikan

Jangan lewatkan

Kedudukan Doa Malaikat JIbril shahihkan ?
4 / 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Diberdayakan oleh Blogger.