26 Mei, 2008

MUTIARA SALAF

  1. Tidaklah lurus suatu ucapan kecuali dia barengi dengan perbuatan, dan tidaklah lurus ucapan dan perbuatan kecuali dibarengi niat yang IKHLAS, dan tidaklah lurus ucapan,perbuatan,dan niat kecuali dibarengi dengan mengikuti SUNNAH sesuai pemahaman yang lurus
  2. Dari Abu Qilabah rahimahullah, beliau berkata: “Tidak ada seseorang yang mengadakan suatu kebid’ahan melainkan suatu saat dia akan menganggap halal menghunus pedang (menumpahkan darah kaum muslimin, atau memberontak kepada pemerintah).” (Al-I’tisham, 1/112, Ad-Darimi, 1/58 no.99)'
  3. Penulis: Al Ustadz Zainul Arifin
    Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata:
    “Apabila air laut telah meluap menerobos ke daratan, maka siapakah yang sanggup membendungnya?!” (Beliau inginkan dengan perkataan ini untuk memberi peringatan terhadap banyaknya kemungkaran)
    (Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, hal. 90) http://almuslimah.wordpress.com/2008/05/21/musibah/
  4. Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:
    “Menangislah kalian atas orang-orang yang ditimpa bencana. Jika dosa-dosa kalian lebih besar dari dosa-dosa mereka (yang ditimpa musibah, red), maka ada kemungkinan kalian bakal dihukum atas dosa-dosa yang telah kalian perbuat, sebagaimana mereka telah mendapat hukumannya, atau bahkan lebih dahsyat dari itu.”
    (Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, hal. 73)

    “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala benar-benar menjanjikan adanya ujian bagi hamba-Nya yang beriman, sebagaimana seseorang berwasiat akan kebaikan pada keluarganya.”
    (Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, hal. 111)

    “Tidak ada musibah yang lebih besar dari musibah yang menimpa kita, (di mana) salah seorang dari kita membaca Al-Qur’an malam dan siang akan tetapi tidak mengamalkannya, sedangkan semua itu adalah risalah-risalah dari Rabb kita untuk kita.”
    (Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, hal. 32)

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
    “Seorang mukmin itu berbeda dengan orang kafir dengan sebab dia beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, membenarkan apa saja yang dikabarkan oleh para Rasul tersebut, menaati segala yang mereka perintahkan dan mengikuti apa saja yang diridhai dan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bukannya (pasrah) terhadap ketentuan dan takdir-Nya yang berupa kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan-kemaksiatan. Akan tetapi (hendaknya) dia ridha terhadap musibah yang menimpanya bukan terhadap perbuatan-perbuatan tercela yang telah dilakukannya. Maka terhadap dosa-dosanya, dia beristighfar (minta ampun) dan dengan musibah-musibah yang menimpanya dia bersabar.”
    (Makarimul Akhlaq, Syaikhul Islam Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyyah, hal. 281)

    (Sumber: Majalah Asy Syariah, Vol. I/No. 12/1425H/2005, kategori: Permata Salaf, hal. 1. Dicopy dari http://www.majalahsyariah.com/print.php?id_online=254)
  5. Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka.Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. Azzumar: 33-34
  6. sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan kunci bagi setiap kebaikan dan kejelekan, kunci dan pintu untuk masuk kepadanya sebagaimana Allah jadikan kesyirikan, kesombongan, berpaling dari apa yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, dan lalai dari dzikir terhadap-Nya dan melaksanakan hak-Nya sebagai kunci ke neraka, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan


  • khamr sebagai kunci segala dosa. Dia jadikan
  • nyanyian sebagai kunci perzinaan, Dia jadikan
  • melepaskan pandangan pada gamba-gambar sebagai kunci kegelisahan dan kegandrungan, Dia jadikan
  • kemalasan dan kesantaian sebagai kunci kerugian dan luputnya segala sesuatu, Dia jadikan
  • kemaksiatan-kemaksiatan sebagai kunci kekufuran, Dia jadikan
  • dusta sebagai kunci kenifakan (kemunafikan -ed), Dia jadikan
  • kekikiran dan ketamakan sebagai kunci kebakhilan, memutus silaturahim, serta mengambil harta dengan cara yang tidak halal dan Dia jadikan
  • Berpaling dari apa yang dibawa Rasul sebagai kunci segala kebid’ahan dan kesesatan.
  1. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan ridha pula padanya, sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya di mata orang yang semula murka tersebut.” (HR. Ath Thabrani)
  2. Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah seorang penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak bisa mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka....” [ ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah – (61 – 101 H) ] [ Khalifah 8 Bani Umayyah – (99 – 101 H) ]
  3. Ibnul Jauzy berkata, "Demi Allah, Ingatlah wajib atas kalian untuk memperhatikan jalan hidup salaf serta menelaah tulisan-ti;isan mereka dan kabar-kabar mereka. Sungguh memperbanyak dalam menelaah kita-kitab mereka adalah seperti melihat mereka"
  4. Imam asy-Syafi'i berkata: ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang ...aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)
  5. Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan harta adalah yang di...hakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi mereka tetap ada pada hati-hati manusia"
  6. Aun bin Abdillah berkata "Perhatian seorang hamba terhadap dosanya akan mendorongnya untuk meninggalkan dosa itu. Dan penyesalan atas dosa itu adalah kunci untuk bertaubat. seorang hamba senantiasa memperhatikan dosa yang dilakukannya sehingga hal itu menjadi lebih bermanfaat baginya dari pada sebagian kebaikan-kebaikannya "(diriwayatkan oleh abu nuaim)
  7. Dari Anas ra, Nabi SAW bersabda, " Seorang Mukmin (sejati) itu adalah orang yg manusia aman darinya, dan seorang Muslim (sejati) itu adlh orang yg kaum Muslimin selamat dr lidah dan tangannya, dan sorang muhajir (sejati) itu adlh orang yg meninggalkan keburukan. Demi Dzat yg jiwaku ada di TanganNya, tidaklah masuk surga seorang hamba yg tetangganya tdk merasa aman dr kejahatannya." [HR Ahmad]
  8. Dari Abu Musa ra, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah membentangkan TanganNya pada malam hari agar orang yang berbuat dosa pada siang hari bertaubat dan membentangkan TanganNya pada siang hari agar orang yang berbuat dosa pada malam harinya bertaubat, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya." [ HR Muslim dan an-Nasa'i]
  9. Dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW bersabda, " Senyummu di hadapan saudaramu (seagama) adalah sedekah bagimu, dan amar ma'ruf dan nahi munkarmu adalah sedekah. Bimbinganmu terhadap orang yang berada di dalam kesesatan adalah sedekah, dan menyingkirkan gangguan, duri dan tulang dari jalanan bagimu adalah sedekah, serta menuangkan isi timbamu kepada timba saudaramu adalah sedekah." [HR at-Tirmidzi]
  10. Dari Abu Sa'id al Khudri dan Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, " Tidaklah menimpa seorang Mukmin berupa rasa lelah, sakit, gelisah, kesedihan, gangguan dan rasa duka, sampai-sampai duri yang menusuknya; kecuali Allah hapuskan sebagian dari dosa-dosanya dengan sebab musibah itu." [HR Bukhari]
  11. Dari Ulay bin Rabah, dia mengatakan, Aku pernah mendengar Amr bin Ash ra mengatakan, 'Kalian memasuki waktu pagi dan sore hari dlm keadaan menginginkan apa yg justru ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Kalian menjadi orang yg suka pd dunia sementara Rasulullah SAW zuhud padanya. Demi Allah, tidaklah suatu malam datang kp...d Rasulullah SAW, kecuali tanggungan beliau lebih banyak drpd harta yg beliau punya'." [HR Ahmad]
  12. Dari Abdullah bin Mas'ud ra, ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, "Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang haram atas neraka, atau orang yang mana neraka haram atasnya ? Yaitu setiap orang yang dekat (kepada orang lain), lunak, lagi berakhlak halus." [HR at-Tirmidzi]
  13. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah ...rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR. Abu Dawud )
  14. Abu Bakar as-Shiddiq –radhiyallahu anhu- [wafat tahun 13 H] berkata:"Sungguh saya mengamalkan sesuatu –meskipun kecil- yang dahulu diamalkan Rasulullah, dan sungguh saya merasa khawatir  apabila saya meningggalkan perintahnya, saya menjadi tersesat".
    Ibnul Batthah –rahimahullah- mengomentari perkataan Abu Bakar di atas, beliau mengatakan:"Saksikanlah wahai saudaraku perkataan Abu Bakar as-Shiddiq, sungguh beliau sangat mengkhawatirkan atas dirinya kesesatan, jika menyelisihi sedikit dari perintah Rasulullah, maka apa gerangan yang terjadi bagi sebuah zaman yang umatnya dengan lancang mengolok-olok Rasulullah dan perintah-perintahnya, bahkan merasa bangga dengan melanggarnya dan melecehkan sunnahnya??!!, kami memohon perlindungan dari Allah dari kesesatan, dan memohon [pula] keselamatan dari amalan buruk" (al-Ibanah 1/246) 
  15. Umar bin Abdil Aziz –rahimahullah- [wafat tahun 101 H] mengatakan:"Tidak ada pendapat bagi seseorang, jika telah ada sunnah dari Rasulullah –shallallahu alaihi wasalam-".[ I'lamul Muwaqqi'in 2/282] 
    Abu Qilabah –rahimahullah- [wafat tahun 104 H] berkata:"Jika kamu berbicara kepada seseorang tentang sunnah, kemudian dia menjawab: jauhkan kami dari hal ini [sunnah], dan sampaikan kepada kami kitab Allah [al-Qur'an] saja, maka ketahuilah bahwa dia adalah orang sesat".[Thabaqat Ibnu Saad 7/184]
     Imam ad-Dzahabiy –rahimahullah- [wafat tahun 748 H] mengomentari perkataan di atas, beliau mengatakan:"Dan jika kamu menjumpai ahlul kalam dari kalangan ahlul bid'ah mengatakan: jauhkanlah kami dari al-qur'an dan hadits-hadits ahad, dan berilah bagi kami dalil dari akal [logika], maka ketahuilah bahwa dia adalah Abu Jahal. Dan jika kamu melihat seorang ahli tasawuf mengatakan: jauhkanlah kami dari wahyu [al-qur'an dan sunnah] dan dalil dari logika, dan berikan kepada kami dalil berupa perasaan-perasaan hati, maka ketahuilah bahwa dia adalah iblis yang menyamar menjadi manusia atau iblis yang merasuki manusia, jika kamu merasa takut untuk berdekatan dengannya maka larilah dan jika kamu memiliki keberanian maka gulatlah dia, lalu duduklah di atas dadanya dan bacakanlah ayat kursi, lalu cekiklah lehernya".(Siyar A'lamun Nubala 4/472)
  16. Imam Syafi'i –rahimahullah- [wafat tahun 204 H] berkata:"Telah tegak ijma' kaum muslimin bahwa barang siapa yang telah jelas baginya sunnah Nabi, maka tidak boleh baginya untuk meninggalkan sunnah tersebut karena [mengikuti, pent.] perkataan salah seorang manusia [ulama]" (I'lamul Muwaqqi'in 2/282)
  17. Imam Ahmad bin Hanbal –rahimahullah- [wafat tahun 241 H] mengatakan:"Barangsiapa yang menolak hadits Nabi –shallallahu alaihi wasallam- maka dia berada ditepi jurang kebinasaan" (Thabaqat al-Hanabilah 2/15, dan al-Ibanah 1/260)
  18. Hasan bin Ali bin khalaf al-Barbahariy –rahimahullah- [wafat tahun 329 H] mengatakan:"Jika kamu mendengar seseorang mencela atau menghina atsar [sunnah Nabi], maka curigailah [bahwa dia] merusak islam, dan janganlah ragu untuk menganggapnya sebagai ahlul ahwa' dan ahlul bid'ah".(al-hujjah Fi bayanil Mahajjah 2/428)
  19. Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam –rahimahullah- [wafat tahun 224 H] mengatakan:"Seorang pengikut sunnah sejati bagaikan orang yang menggenggam bara api, dan dia bagiku –pada zaman ini- lebih utama daripada menghunus pedang di jalan Allah" (Tarikhul Baghdad 12/410, dan Thabaqat al-Hanabilah 1/262)
  20. Imam Malik bin Anas –rahimahullah- [wafat tahun 179 H] berkata:"Sunnah ibarat bahtera Nabi Nuh, barangsiapa yang menaikinya maka dia akan selamat, dan barangsiapa yang meninggalkanya maka dia akan tenggelam [binasa]". (Dzammul Kalam wa Ahluhu 5/81) 
  21. Dari Ummul Mukminin Aisyah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

    عَلَيْكُمْ بِالرِّفْقِ إنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِي شَيْءٍ إلاَّ زَانَهُ وَلَا يَنْزِعُ عَنْ شَيْءٍ إلاَّ شَانَهُ

    Bersikaplah lemah lembut, sesungguhnya kelembutan tidak ada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali membuatnya rusak (HR. Muslim 2594)
  22. Ibnu Qayyim berkata,”Sumber kerusakan moral berasal dari empat hal; kebodohan, kedzaliman, syahwat dan kemarahan. Sebab marah akan menimbulkan sikap sombong, dengki, hasud, permusuhan dan kehinaan”.
  23. Dari Jarir bin Abdullah berkata aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

    مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ كُلَّهُ

    Barangsiapa yang tidak diberi sifat kelembutan maka ia tidak memiliki kebaikan sama sekali.(HR. Muslim 2592)
  24. Tidak Allah memerintahkan sebuah perintah melainkan setan memeliki dua tipu daya di dalamnya; baik berupa sikap condong kepada terlalu meremehkan dan merendahkan atau sikap terlalu conodng kepada melampaui batas dan berlebihan, dan dia (setan/iblis) tidak perduli dengan mana dari dua sikap tersebut dia mendapatkan keuntungan.
  25. “Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. QS. Al A’raf: 16-17
  26. “Orang yang pertama sekali dinyalakan api neraka dengan mereka ada tiga: salah satu diantara mereka adalah seorang yang menuntut ilmu dan membaca Al Quran, maka ia dipanggil dan diperkenalkan kepadanya tentang nikmat Allah, maka iapun mengakuinya, lalu Allah bertanya kepadanya: apa yang ia lakukan terhadap nikmat tersebut?, ia menjawab: aku pergunakan untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya serta untuk membaca Al Quran pada Mu, Allah menimpali jawaabnya: kamu telah berdusta, tetapi engkau menuntut ilmu supaya mendapat (sanjungan) supaya dikatakan sebagai seorang alim, dan engkau membaca Al Quran supaya dikatakan orang sebagai seorang Qari’, sungguh telah terbukti demikian, kemudian ia diusung diatas mukanya sampai ia dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Muslim)
  27. Ibnu Baththal berkata, “Barangsiapa yang mempelajari hadits demi memalingkan wajah-wajah manusia kepada dirinya maka kelak di akherat Allah akan memalingkan wajahnya menuju neraka.” (Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Baththal) 





Dikutip dari berbagai sumber

Bagikan

Jangan lewatkan

MUTIARA SALAF
4 / 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

2 comments

Tulis comments
avatar
jakapethung
26 April 2010 pukul 14.07

Assalamu 'alaikum
minta izin mencopy artikelnya ya
terima kasih.

Reply
avatar
widiy
26 April 2010 pukul 14.38

waalaikumsalam warohmatullah,

silahkan kang, semoga bermnafat,

Reply

SILAHKAN BERKOMENTAR UNTUK KASIH MASUKAN

Diberdayakan oleh Blogger.