02 Desember, 2009

FB Cermin didunia Maya


FB

Dulu saya sering mengatakan bahwa Google ibarat malaikat pencatat amal baik dan buruk perusahaan. Reaksi konsumen, baik yang suka maupun tidak, jika diungkapkan di blog, forum, maupun surat media online, akan tertangkap oleh mesin penca`rian terbesar di dunia tersebut. Jika “amal baik” perusahaan banyak, maka akan banyaklah tulisan positif yang terindeks oleh Google. Sebaliknya, begitu sebuah perusahaan berbuat “dosa”, maka tulisan negatif akan bertebaran di hasil pencarian Google. Nah, di era social media ini, malaikat pencatat amal baik dan buruk ini bertambah dua, yakni Facebook dan Twitter. Dua malaikat baru online ini sekarang gandrung mencatat amal perorangan yang jumlahnya lebih dari 300 juta pengguna Facebook dan 45 jutaan pengguna Twitter.

Sekali kita menulis status di Facebook misalnya, saat itu juga seluruh teman kita berpeluang membacanya. Jika status kita bagus dan menginspirasi teman, maka teman tersebut akan merespon dengan baik, bahkan menulis status kita di halaman Facebooknya. Status itu akan tertulis selamanya di Facebook, sepanjang kita tidak menghapusnya.

Sebaliknya, jika status kita dianggap negatif, menimbulkan rasa marah, maka respon negatiflah yang akan kita dapatkan. Bisa saja, mereka yang tidak suka kemudian menyebarkan “kesan negatif” kita (meski belum tentu status kita negatif menurut kita sendiri) ke teman-teman yang lain. Kalau pun status itu kita hapus, karena kita merasa bersalah misalnya, tetap saja tidak terhapus secara permanen. Dan, celakanya, kita tidak dapat menghapus status teman lain yang menyebarkan “kesan negatif” tadi.

Hal yang sama berlaku di Twitter. Apapun yang kita tulis di Twitter, berpotensi dibaca oleh siapapun juga, bukan hanya follower kita jika status Twitter kita terbuka. Kita bisa saja menghapus apa pun yang kita tulis, namun sekali ada pihak lain yang menyebarkan status kita, maka kita tidak memiliki daya untuk menghapusnya.

Dengan daya catatnya yang luar biasa itulah Facebook dan Twitter kini menjadi wajah kita sesungguhnya di online. Apapun yang kita goreskan di Facebook (entah itu status update, foto, maupun notes) dan Twitter secara bertahap akan membangun sebuah bentuk sesungguhnya siapa kita. Jika banyak amal baik kita tebarkan di kedua jejaring itu, maka akan menjadi lautan catatan amal baik kita. Sebaliknya, jika amal negatif yang kita torehkan, kedua jejaring itu juga tak segan membangun sosok kita yang negatif.

Meski berada di wilayah online, bukan berarti itu dunia bebas berekspresi sepenuhnya dan kita dapat berbuat semau gue. Saya malah cenderung menyarankan untuk lebih hati-hati dan bijaksana. Sekali kita menyinggung perasaan teman di dunia nyata, dan kemudian kita minta maaf, maka persoalan akan selesai dengan cepat. Hanya kita, malaikat pencatat amal baik dan buruk (Raqib dan Atid) dan Tuhan yang tahu. Namun sekali kita berbuat buruk di online, dan dicatat “malaikat digital” bernama Facebook dan Twitter, catatan itu bersifat terbuka, siapa saja dapat melihatnya.

Saat ini perusahaan sudah mulai melihat Facebook untuk menilai calon karyawan dan calon mitra bisnisnya. Bukan tidak mungkin suatu ketika apapun yang akan menjadi bagian penting kehidupan kita, termasuk calon mertua misalnya, meneropong kita dari akun social media kita.

Maka, hiduplah di Facebook dan Twitter seolah-olah kita hidup di dunia nyata. Etika-etika yang kita pegang teguh di dunia nyata, juga dipraktikkan di Facebook dan Twitter.

Sumber

http://widiy.blogspot.com/

Bagikan

Jangan lewatkan

FB Cermin didunia Maya
4 / 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

SILAHKAN BERKOMENTAR UNTUK KASIH MASUKAN

Diberdayakan oleh Blogger.