02 Februari, 2010

Terbongkarnya Makar CNN


CNN :wala:

Jaringan Televisi Berita Amerika ini menyiarkan berita secara live yang ternyata tidak pernah terjadi di lapangan.


Wartawan senior; Lester Markel dari New York Times, sudah sejak lama meragukan adanya obyektivitas sebuah berita. “Bahkan yang dibuat oleh wartawan senior yang paling obyektif sekalipun,” katanya dalam sebuah buku.

Ia menjelaskan, sebuah berita harus menjalani tiga gerbang penilaian buatan manusia. Inilah gambarannya: Wartawan di lapangan mengumpulkan 50 fakta, lalu menyisihkan 38 fakta dan memilih 12 saja diantaranya.

Lalu ia atau redakturnya) memilih beberapa fakta saja untuk ditempatkan pada aline pertama beritanya dan menempatkan fakta-fakta sisanya di alinea selanjutnya. Dan terakhir, redaktur menentukan di halaman depan, tengah, atau halaman belakang berita tersebut ditempatkan.

Nah, ketiga gerbang penilaian itu menggambarkan betapa wartawan sangat “berkuasa” terhadap “nasib” berita yang ditanganinya.

Pesimisme Markel terhadap kesucian jargon “Pers yang independent” terbukti lagi baru-baru ini. Bahkan dengan sangat telanjang dan kasar. Rabu dua pekan lalu, berkaitan dengan gejolak politik pasca pemilu di Iran, jaringan televisi berita Amerika CNN menurunkan berita “Demonstrasi yang berakhir ricuh” di depan gedung parlemen Iran di Tehran.

Formatnya wawancara via telepon antara seorang anchor di studio dan seorang perempuan peserta demonstrasi di Tehran.

Perempuan sumber CNN menyebutkan waktu dan lokasi demonstrasi. Dia cerita kegawatan yang sedang terjadi. Keadaan sangat tidak aman, katanya. Dia bilang polisi dan basij main kasar, memukuli demonstran, menembakkan gas air mata dan bahkan peluru tajam.

Demonstran kocar-kacir, katanya lari ke segala penjuru. Dia bilang dia sekarang juga ikut lari, kabur naik taksi, menghindari kejaran Basij. Dia juga bilang kalau dia cemas beberapa temannya mungkin sudah mati kena tembak.

Wawancara live yang heboh itu diakhiri dengan “doa” anchor CNN: be safe yah, Be safe.

Namun, ternyata itu semua siaran berita bohong belaka. Yang mengungkap adalah siaran berita Press TV tentang tema yang sama di tempat yang sama pada waktu yang sama.

Kru press TV merekam wawancara live CNN itu dari awal sampai akhirnya. Mereka juga punya rekaman menyangkut suasana di depan gedung parlemen dan jalan-jalan Tehran yang disebutkan oleh sumber CNN itu selama 24 jam hari yang sama.

Nah, Press lalu mengolah dua rekaman itu dan menayangkannya hampir seharian. Tak ayal, tayangan Press TV ini menelanjangi bulat-bulat kebohongan berita versi CNN.

Format tayangan Press TV sederhana saja. Yakni, rekaman wawancara CNN di roll (disiarkan) berbarengan/berdampingan dengan rekaman yang mereka dapatkan sendiri di lapangan. Nah, begitu sumber CNN bilang demonstrasi ricuh di depan gedung parlemen, Press TV memperlihatkan rekaman suasana pada dan tempat yang sama.

Ada demo, Tapi tak ada kericuhan. Begitu sumber CNN cerita kalau orang-orang kabur ke segala arah untuk menghindari kejaran Basij, Press TV meroll rekaman suasana di jalan-jalan yang disebutkan pada waktu yang sama.

Tak ada apa-apa. Tidak ada oran berlarian. Tidak ada Basij yang membawa pentungan mengejar-ngejar orang, apalagi kalap menembak ke segala penjuru seperti kelakukan tentara AS di Irak jika sedang panik.

Format ini berlanjut sampai siaran CNN terlihat seperti komedi hitam. Anchor Press TV mengakhiri liputan itu dengan sebaris pernyataan: “Kini saya menantang CNN dan jaringang media Barat lain untuk tidak hanyut dalam reportase menghasut dan membuktikan kalau semua berita yang disiarkannya berasal dari sumber-sumber yang bisa dipercaya.”

Pada hari yang sama, Al jazeera Arabic juga menghantam Reuters yang menyiarkan footage seputar “Kerusuhan di depan gedung parlemen di Tehra”. Footage itu dipajang di screen Al Jazeera, memperlihatkan suasana chaos, ada asap tebal, orang panik berlarian di jalan.

Lalu anchor Al Jazeera dengan sinis mengatakan: “Tapi koresponden kami di lapangan menyatakan tidak terjadi kerusuhan apapun di Tehran, khususnya di depan parlemen.”

Zachariah Matthews dari CAIR (Canadian Islamic Congres’s) pernah membeberkan sejumlah trik media Barat yang terbit di Canada, dalam memproduksi citra buruk tentang Islam.

Salah satunya mengemukakan berita atau klaim dusta seperti kelakuan CNN dan Reuters itu. Sering klaim tentang Islam tanpa disertai dukungan bukti, atau dengan bukti yang sangat lemah.

Dan repotnya, pembaca awam biasanya tidak akan mempertanyakan klaim yang di ajukan oleh media yang terlanjur punya nama besar.

Misalnya, kata Zachariah, ketika Chicago Sun Times menulis: “Also from Israel: Marilyn Miglin, spirit of Oak street, home of her unique boutique, is visiting the Shaare Zadek hospital, which conducted a tour of the nation. In Bethlehem, the tour included a visist to a typical Arab marketplace, where one of the traders, obviously captivated by her appearance, offered 40 camels in exchange for her. But the offer was promptly turned down because where would someone keep 40 camels in Chicago?”

Menurut analisis CAIR, meski agak terselip, terdapat klaim yang sangat menyesatkan dari paragraph di atas: “Menyebut Bethelem (Yerusalem) sebagai bagian negara Israel.”

“Ini klaim yang mendasar, karena menyangkut persoalan aqidah dan kepentingan politik Muslim. Yerusalem itu hak umat Islam,” tandas Zachariah.

Bowo/islamonline/aljazeera
Suara Islam Edisi 70, Tanggal 3-17 2009 M/ 9-23 Rajab 1430 H, Hal 26
Disalain Lengkap dari Sumber
:ngacir:


http://widiy.blogspot.com/

Bagikan

Jangan lewatkan

Terbongkarnya Makar CNN
4 / 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

SILAHKAN BERKOMENTAR UNTUK KASIH MASUKAN

Diberdayakan oleh Blogger.