JILBAB, MENUTUP ATAU MEMBUNGKUS AURAT?????
Islam mewajibkan perempuan untuk menutup aurat (mengenakan JILBAB). Kita ambil pendapat yg moderat bahwa aurat bagi perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan.Mencermati realitas wanita muslim saat ini bagaimana menurut antum. Kebanyakan dari mereka sudah menutup aurat atau sekedar membungkus aurat???
Soalnya yg make kerudung trus dipadu jeans ketat dan kaos ketat ngakunya juga berjilbab. Yang pake celana kaos (mirip stoking) dipandu baju bergaya daster, trus pake nutup kepala, marah kalau dibilang gak menutup aurat. Rambut gak keliatan, tapi yg depan dan belakang nonjol semua, lekak lekik tubuh jelas terlihat, murka kalau dibilang tidak berjilbab.
Nah apa sih esensi jilbab yg sebenarnya,,,sekedar gayakah?Huh? mode kah????atau memang untuk memikat lawan jenis. Karena kenyataannya banyak wanita yg ngakunya Islam, katanya berjilbab, tapi dandanannya justru memikat. Atau pakaian itu harus selalu mengikuti trend mode tanpa harus memperhatikan adab berbusana?Huh.
Dari realitas ini esensi jilbab harus dipahami, karena itu bagi mereka yg ngaku berjilbab tetapi seperti telanjang. Pertanyaannya adalah : YANG ANDA LAKUKAN ITU APAKAH MENUTUP ATAU MEMBUNGKUS AURAT?
Tanggapan
setiap orang punya batasan kemampuan, ada akhwat yang memang baru bisa untuk memakai jilbab pendek, dan busana yang dibilang pas or ketat dibadan. Ada juga yang menutup auratnya sangat rapat, memakai jilbab lebar dan baju longgar.
kalau menurut pu3, hargai apa yang mereka lakukan, walopun mereka lom bisa sempurna dalam menutup aurat (menutup sangat rapat seperti memakai jilbab lebar n baju longgar), tapi paling tidak mereka sudah mau mencoba menutup aurat mereka (tidak berpakaian minim), karena untuk memakai jilbab butuh mental yang cukup.
seperti pu3, butuh proses untuk berpakaian seperti sekarang (pakai rok, dan jilbab rada dipanjangin), coz dulu pu3 pun memakai jilbab pendek, celana dan baju yang pas dibadan.
so, hargai aja, dan bila memang perlu dinasihati, maka nasihati lah, tetapi dengan cara yang baik, dan tidak menyinggung.
Ada kaidah yg bagus tentang hal ini:
ما لا يدرك كله لا يترك كله
(Sesuatu yang tidak bisa dicapai semuanya, jangan ditinggalkan semuanya)
Saya pikir sih setiap pasti orang punya proses yg berbeda2. Ada yg cepat, ada yg lambat. Sepakat dgn @putri_islam, yg penting kita nasihati dgn cara yg baik, bukan kita cela/kecam yg mungkin malah bikin kesel. Yah, daripada nggak mau sama sekali, lebih baik pelan2 tapi pasti. Tapi ini pendapat pribadi saya, maaf kalo ada yg punya pendapat berbeda.
Dan yg berjilbab panjang pun nggak menjamin pemahaman & ghiroh keislaman yg tinggi...(jandiar myQ Pro-Aktif)
Jadi tak bisa disama ratakan,..yang penting yang pertama, hargailah dulu langkah awal niat akhwat tsb untuk memakai jilbab, lalu kedua kita bawa(pengaruhi dengan gaya jilbab kita, dengan pembicaraan, dengan cerita dll), gaya berjilbabnya, secara tidak langsung, lalu, setelah itu, jika dia sudah ada lampu hijau, maka bisa kita lanjutkan dengan dakwah selanjutnya.(poony_moony myQ Aktivis)
kalau menurut pu3, hargai apa yang mereka lakukan, walopun mereka lom bisa sempurna dalam menutup aurat (menutup sangat rapat seperti memakai jilbab lebar n baju longgar), tapi paling tidak mereka sudah mau mencoba menutup aurat mereka (tidak berpakaian minim), karena untuk memakai jilbab butuh mental yang cukup.
seperti pu3, butuh proses untuk berpakaian seperti sekarang (pakai rok, dan jilbab rada dipanjangin), coz dulu pu3 pun memakai jilbab pendek, celana dan baju yang pas dibadan.
so, hargai aja, dan bila memang perlu dinasihati, maka nasihati lah, tetapi dengan cara yang baik, dan tidak menyinggung.
setuju dng yg iniSaya punya pengalaman menjilbabkan seorang akhwat. Awalnya, dia nggak niat dan nggak mau sama sekali berjilbab. Maka saya bujuk untuk bertahap aja. Mulai dari baju berlengan panjang, rok panjang, lalu baju dan roknya jadi longgar, dan Alhamdulillah setelah beberapa minggu baru pake jilbab (kerudung) yg sekaligus meresmikan keberjilbabannya.Secara umum dangkalnya pemahaman & ghiroh keislaman yg minim
selain baju yg ketat, jilbab yg dililit2 ada lg yg bikin kita sedih:
masih banyak dr para wanita yg berjilbab yg masih buka tutup.
jika pergi jauh (ex:kekantor, kuliah, kondangan) mereka berjilbab, tapi saat dirumah meskipun ada tamu non muhrim mereka bebas melenggang tanpa jilbab. begitu juga saat keluar rumah tapi masih dilingkungannya (kewarung, ketetangga) mereka jg tidak mengenakan jilbannya
mungkin memang pemahaman mereka tentang jilbab masih minim sehingga mereka berbuat seperti itu
Ada kaidah yg bagus tentang hal ini:
ما لا يدرك كله لا يترك كله
(Sesuatu yang tidak bisa dicapai semuanya, jangan ditinggalkan semuanya)
Saya pikir sih setiap pasti orang punya proses yg berbeda2. Ada yg cepat, ada yg lambat. Sepakat dgn @putri_islam, yg penting kita nasihati dgn cara yg baik, bukan kita cela/kecam yg mungkin malah bikin kesel. Yah, daripada nggak mau sama sekali, lebih baik pelan2 tapi pasti. Tapi ini pendapat pribadi saya, maaf kalo ada yg punya pendapat berbeda.
Dan yg berjilbab panjang pun nggak menjamin pemahaman & ghiroh keislaman yg tinggi...(jandiar myQ Pro-Aktif)
setiap orang butuh proses ke arah dimana semakin sempurnanya ahlaq(dlm hal ini berjilbab),.dan tiap orang beda2 cara atau masa nya untuk sampai ke tarap menggunakan jilab yang sebenarnya, tergantung pribadinya, dan tak bisa disangkal situasi dan kondisi juga niat seseorang sangat berpengaruh pada tingkat kematangan pemahaman seseorang (akhwat) akan jilbab itu sendiri.
kadang mereka kurang paham, maksudnya berjilbab. mungkin asalkan sudah menutup rambut dg kerudung sudah masuk jriteria berjilbab yang sesungguhnya.
nah itu tugas kita, menasihati pelan-pelan.apalagi pada mereka yg baru berjilbab, jangan langsung di bilang salah..gak boleh ini,itu.nanti malah mengurungkan niat menutup aurat.(maisara myQ Aktivis)
Jadi tak bisa disama ratakan,..yang penting yang pertama, hargailah dulu langkah awal niat akhwat tsb untuk memakai jilbab, lalu kedua kita bawa(pengaruhi dengan gaya jilbab kita, dengan pembicaraan, dengan cerita dll), gaya berjilbabnya, secara tidak langsung, lalu, setelah itu, jika dia sudah ada lampu hijau, maka bisa kita lanjutkan dengan dakwah selanjutnya.(poony_moony myQ Aktivis)
baca ramalan Rasulullah yg kira2 terjemahan bebasnya berbunyi : "Akan datang suatu masa dimana perempuan berpakaian tetapi sesungguhnya mereka itu telanjang".
Apakah yg dimaksud Rasululllah itu adalah kondisi sekarang??? Wallahu 'alam. Tapi yg pasti keadaannya sudah seperti itu. Kita akan dengan mudah melihat lekuk-lekuk tubuh seorang perempuan dari busana ketat yg dikenakannya. Saya mohon maaf sebelumnya karena mungkin agak vulgar, saat ini banyak wanita muslim yg sudah tidak malu walaupun cd (celana dalamnya kelihatan). Kenapa bisa?liat aja, mereka gunakan celana ketat pake kaos ketat pula, trus pake kerudung, di bonceng motor, karena baju kaosnya pendek (batasan puser), nah keliatan deh!!!!!!!
Saban hari fenomena ini yg nampak di depan mata kita, dan bahkan (maaf) ada beberapa anak kyai dan anak ustadz yg berbusana seperti itu. Sering saya mengambil kesimpulan sendiri, bahwa agama Islam bagi umat Islam saat ini tidak lebih dari sebuah ilmu (tentu tidak semua), hingga tempatnya pun hanya di kepala. Padahal Islam ini menurut yg membawanya adalah sebuah way of life (jalan hidup), tuntunan hidup menuju keselamatan dan kehidupan abadi.
Mencermati kondisi seperti ini, harus ada keprihatinan bersama, bahwa kondisi ini tidak boleh terus menerus dibiarkan. Dakwah harus lebih gencar lagi segencar arus modernisasi dan sekulerisme yg menyerang kita dari berbagi penjuru. Bisa kita bayangkan dengan populasi jumlah perempuan yg lebih banyak saat ini, dimana mereka dengan bebasnya berkeliaran di mana-mana. Maka jalan2 raya, begitupun pusat2 perbelanjaan, dan tempat umum akan dihiasi dengan pemandangan yg mengumbar aurat. Maka masalahnya akan semakin rumit dan kompleks, karena aurat wanita itu memiliki sensitifitas tinggi bagi lawan jenisnya. Sebetulnya jika para wanita menyadari bahwa apa yg dilakukannya itu memiliki tingkat kerawanan yg tinggi terhadap dirinya sendiri, pakaian yg seharusnya bisa membawa kenyamanan justru sebaliknya bisa membawa mudhorat.
Pemerkosaan banyak terjadi di mana-mana yg kemudian berantai menjadi pembunuhan, di negara ini banyak terjadi karena sebab itu.
Mungkin terlalu bombastis kalau saya katakan tv hampir tidak pernah berhenti menayangkan kasus-kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, dan kejahatan-kejahatan lainnya yg masih sangat erat kaitannya dengan aurat wanita. Ekses lain, misalnya pornografi, selingkuh, pergaulan bebas, dan masih banyak lagi. Kebanyakan berawal dari aurat wanita, sekali lagi AURAT WANITA.
Perubahan memang tidak serta-merta. Didalamnya ada proses yg dilakukan secara bertahap, tetapi tidak berarti tahapan perubahan itu ada maksiat di dalamnya. Maksud saya, jika seseorang mengerti akan esensi maksiat dan dosa, maka setelah ia tahu dirinya dalam kondisi maksiat maka ia lalu akan cepat-cepat melakukan perubahan. Perubahan secara bertahap tidak bisa digunakan untuk semua kasus. Misalnya begini, seseorang yg suka minuman keras, kalau biasanya ia meminum 10 botol perhari, untuk lalu untuk tobat dia memulai dengan proses mengurangi jumlah botol yg diminumnya di hari berikutnya sampai kemudian ia berhenti minum sama sekali. Pendapat semacam ini tentu konyol.
Seharusnya seseorang yg begitu sadar dirinya dalam maksiat, ya langsung harus berhenti total supaya terhidar dari dosa. Kecuali kalau yg bersangkutan memang tidak menyadari dirinya, itu lain lagi masalahnya.
Kembali ke masalah jilbab dan trend wanita muslim dalam berbusana. Kalau setiap wanita yg hobi mengumbar aurat itu ditanya : "apakah mereka sadar bahwa apa yg mereka lakukan itu dosa dan pelanggaran terhadap ajaran agama?", saya yakin mereka akan mengatakan iya.
Wallahu 'alam (ikhwanfillah myQ Pro-Aktif)
Bagikan
JILBAB, MENUTUP ATAU MEMBUNGKUS AURAT?????
4
/
5
Oleh
Unknown
SILAHKAN BERKOMENTAR UNTUK KASIH MASUKAN